SAUH BAGI JIWA
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1 Yohanes 5:14)
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1 Yohanes 5:14)
Sebagai umat Kristen, kita punya hak istimewa untuk berdoa kepada Tuhan, dan kita semua ingin agar doa kita efektif dan didengar oleh Tuhan. Yesus menjanjikan bahwa setiap orang yang meminta, menerima. Tetapi, agar doa kita efektif, kita perlu belajar untuk meminta menurut kehendak-Nya, bukan kehendak kita sendiri. Ketika kedua belas murid mengikuti Yesus selama masa pelayanan-Nya, mereka meminta banyak hal kepada-Nya, tetapi tidak semua permohonan itu dikabulkan. Yesus mengoreksi cara doa mereka dan menunjukkan bagaimana berdoa menurut kehendak Tuhan.
Filipus telah bersama-sama dengan Yesus selama beberapa tahun, tetapi ia masih belum memahami siapakah Yesus dan apa tujuan mengikuti Dia. Yesus berkata bahwa Ia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Dengan terus-terang Ia memberitahu murid-murid bahwa mereka sudah melihat Bapa, karena Yesus sendiri adalah penjelmaan yang sesungguhnya dari Allah Sejati di surga. Mendengar hal ini, Filipus dengan sungguh-sungguh meminta sesuatu yang akan diminta juga oleh sebagian besar dari kita; yaitu, ia meminta agar Yesus menunjukkan Bapa kepadanya (Yoh 14:8-9). Filipus rindu untuk melihat sesuatu yang nyata. Mungkin ia berharap agar Yesus mewujudkan sosok mulia Sang Bapa, sama seperti yang dilihat oleh para nabi dalam Perjanjian Lama.
Kadang kala iman kita, seperti Filipus, digantungkan pada hal-hal yang kasat mata. Iman kita kuat ketika menyaksikan mukjizat, melihat cahaya kemuliaan di kala berdoa, atau mendapat perhatian dari jemaat yang penuh kasih. Ketika kita melihat semua hal positif ini, iman kita tampaknya meningkat pesat. Oleh karena itu, kita selalu meminta sesuatu yang kasat mata untuk menguatkan iman kita. Kita selalu ingin melihat sesuatu yang baru, mendengar pengajaran baru, atau mengalami hal-hal menyenangkan lainnya untuk memantapkan iman kita.
Tetapi, Yesus tidak menganjurkan sikap doa seperti ini, sebab jika iman kita bergantung pada hal-hal yang kasat mata, suatu hari kita akan kecewa. Sebaliknya, Yesus menjelaskan kebenaran bahwa Ia di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia. Murid-murid hanya dapat memahami kebenaran yang sangat dalam ini dengan mengangkat titik perhatian mereka dari hal-hal yang kasat mata ke taraf iman dan penglihatan rohani, sehingga mereka dapat memahami bahwa “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kol 1:19).
Apakah doa-doa kita sekarang ini sering terpusatkan pada meminta agar Yesus memperlihatkan sesuatu yang bisa kita lihat? Kita boleh saja meminta agar Tuhan mengubah lingkungan sehingga kita dapat merasakan penyertaan dan keberadaan-Nya. Tetapi seiring dengan bertumbuhnya iman kita, Ia berkehendak agar kita meminta kepenuhan Roh Kudus dan damai sejahtera batiniah yang melampaui akal budi, sehingga kita dapat memiliki kekuatan untuk bergerak maju dengan kuasa dari pemahaman akan kebenaran.
Manusia akan meminta untuk melihat kemuliaan Bapa; tetapi kehendak Tuhan bagi kita ialah agar kita meminta kepenuhan Roh Kudus (Luk 11:9-13). Jadi, janganlah kita mengeluhkan kesulitan-kesulitan yang mungkin kita hadapi. Sebaliknya, marilah kita mengejar kepenuhan Roh Kudus untuk membantu kita melekatkan mata kita pada Yesus. Maka kita akan menemukan bahwa Ia adalah jalan bagi semua permasalahan manusia, kebenaran yang mengatasi setiap kebimbangan, dan kehidupan bagi semua jiwa yang sekarat dan tiada harapan.