SAUH BAGI JIWA
Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan (Amsal 14:13)
Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan (Amsal 14:13)
Krisis keuangan Asia yang menerpa hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997 menimbulkan kepanikan dan berdampak besar pada ekonomi dunia. Krisis ini bermula dari salah satu negara di masa itu yang menanggung beban hutang luar negeri yang sangat besar sehingga dinyatakan bangkrut sebelum nilai mata uangnya jatuh.
Krisis ini pun berdampak pada salah satu keluarga. Awalnya, bisnis yang dijalankan cukup berkembang. Namun, menurunnya kondisi perekonomian secara drastis membuat hutang perusahaan keluarga ini membengkak menjadi lima kali lipat. Saat itu, kurs dolar Amerika Serikat yang awalnya berkisar Rp. 2.000 melonjak menjadi Rp. 17.000 sehingga banyak perusahaan kesulitan membayar hutang dan terpaksa harus menjual aset-aset mereka. Kesukaan berakhir dengan kedukaan.
Kitab Amsal mencatat, “Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan.” Ini adalah gambaran perilaku manusia. Manusia bisa tertawa walaupun sedang mengalami nasib buruk atau hatinya sedang terluka. Meskipun merana, manusia dapat memilih untuk tertawa. Amsal juga mencatat kalau kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan. Hal ini dapat pula menimpa kita. Tidak ada kegembiraan yang bersifat permanen; terkadang kebahagiaan yang kita nikmati tiba-tiba berganti dukacita.
Kehidupan Ayub pada awalnya sangat bahagia. Ia memiliki keluarga dan banyak harta. Ayub dicatat sebagai orang terkaya di wilayah timur. Namun, ketika Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub, seketika itu juga Ayub kehilangan segalanya, baik harta, ternak, bahkan anak-anaknya. Setelah peristiwa itu, Ayub mengalami dukacita mendalam (Ayb 1:13-22).
Dalam hidup manusia yang bisa berubah sedemikian cepat, kita tidak bisa lepas dari siklus suka dan duka. Hal ini akan terus kita alami sampai kita meninggalkan dunia yang fana ini. Tetapi, dinamika hidup ini seringkali mengizinkan kita untuk menjalani proses pematangan rohani. “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm 119:71).
Jangan takut akan hari esok, karena kesusahan sehari hanya untuk sehari. Tidak selama-lamanya kita berada dalam kemalangan atau dukacita. Akan datang waktunya kita akan bersorak sorai dan memperoleh penghiburan dari Allah karena kasih-Nya. Bersyukurlah selalu dalam hidup ini, baik dalam suka dan duka. Bersama Yesus kita dapat melewatinya.