SAUH BAGI JIWA
Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Amsal 12:18)
Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Amsal 12:18)
Lidah adalah salah satu anggota tubuh manusia yang paling berbahaya. Jika disalahgunakan, lidah dapat memberikan pengaruh negatif dan merusak. Perkataan yang pedas, menghina dan memfitnah orang bagaikan pedang yang menusuk dan melukai hati orang. Sedangkan perkataan yang baik, bijak dan nasihat dapat menghibur, membangun, menguatkan dan menyembuhkan hati.
Ketika sahabat-sahabat Ayub mengunjunginya, perkataan yang mereka ucapkan lebih menghakimi ketimbang menghibur sehingga Ayub merasa kecewa terhadap mereka. Tuduhan mereka membuatnya merasa semakin tersiksa sehingga Ayub berkata, “Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan? Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku.” (Ayb 19:2).
Bandingkan dengan perkataan Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kej 50:20). Yusuf mengerti bahwa setelah ayahnya meninggal, saudara-saudaranya merasa takut kepadanya. Mereka takut Yusuf menyimpan dendam dan akan membalas perbuatan jahat mereka kepadanya di masa lalu. Karena itu, ia menghibur dan menenangkan mereka dengan perkataan itu.
Kita melihat bahwa sebuah perkataan dapat memberikan pengaruh yang sangat bertolak belakang. Ayub merasa kesal dan kecewa mendengar perkataan sahabat-sahabatnya, sedangkan saudara-saudara Yusuf merasa tenang dan terhibur setelah mendengar perkataannya. Tepatlah apa yang dikatakan oleh kitab Amsal, “Perkataan yang pedas membangkitkan marah dan perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” (Ams 16:24).
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengendalikan lidah. Sebelum berkata-kata, kita hendaknya memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkannya. Alangkah baiknya jika kita lambat dalam berkata-kata. Jangan terlalu banyak berbicara karena dengan banyaknya perkataan seringkali tanpa disadari kita mengucapkan perkataan yang tidak perlu dan sia-sia, yang menyebabkan kita berdosa. Saat dihadapkan pada situasi yang sulit dan kita diharuskan untuk mengucapkan sesuatu, mintalah hikmat kepada Tuhan lebih dahulu sebelum kita berbicara agar kita tidak salah berbicara atau mengucapkan perkataan yang tidak seharusnya.
Besarnya dampak yang bisa ditimbulkan oleh lidah mendorong Penatua Yakobus menyamakan lidah dengan kekang pada mulut kuda yang dapat mengendalikan kuda, kemudi kapal yang dapat mengendalikan kapal dan api yang dapat membakar hutan. Lidah dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita. Semua itu tergantung dari bagaimana cara kita menggunakannya dan seberapa besar kita dapat mengendalikannya.
Setelah mengetahui kebenaran tentang lidah ini, kiranya kita dapat menjadi lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakannya. Efesus 4:29 memberikan kita nasihat yang baik tentang hal ini, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”