SAUH BAGI JIWA
“Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota” (Amsal 9:1-3)
“Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota” (Amsal 9:1-3)
Pilar adalah tiang penyangga sebuah bangunan agar bisa berdiri kokoh. Bila tiang itu rapuh maka bangunan itu bisa roboh. Membuat pilar tidaklah semudah kelihatannya, dibutuhkan hitung-hitungan yang akurat. Besar dan tinggi pilar tergantung pada besarnya bangunan yang akan disokong.
Kitab Amsal menggunakan gaya bahasa yang unik dan banyak kiasan di dalam penulisannya. Amsal 9:1 menuliskan bahwa hikmat telah mendirikan rumahnya dan menegakkan ketujuh tiangnya. Dalam ayat yang lain, penulis Amsal juga melukiskan Tuhan telah meletakkan dasar bumi dengan hikmat-Nya (Ams 3:19). Sesungguhnya, hikmat yang dimaksud adalah Tuhan itu sendiri.
Kemudian, dikatakan juga bahwa hikmat memerintah dan berkuasa di tempat yang tinggi sehingga bisa memerintah pelayan-pelayan perempuan berseru kepada mereka yang tak berpengalaman untuk datang dan memperoleh pengertian (Ams 9:4-6). Hanya Tuhan yang berkuasa dan dapat memerintah di tempat yang tinggi (Mzm 113:5).
Tuhan Yesus dan orang-orang percaya adalah rekan sekerja yang bersama-sama membangun rumah rohani yang kokoh (Luk 6:47-48, 1Ptr 2:5). Ada bagian yang harus kita kerjakan untuk mendirikan rumah yang kokoh, yaitu menegakkan tiang atau pilar yang dapat memperkokoh bangunan rohani kita.
Penulis Amsal mengingatkan bahwa memiliki hikmat sama halnya dengan menegakkan tiang-tiang pada rumah sehingga rumah itu menjadi kokoh dan kuat. Dengan kata lain, orang yang demikian adalah orang yang berakal budi, berpengertian, yang membawa pada kehidupan (Ams 9:4, 6).
Penulis surat Yakobus mengingatkan pada pentingnya mengejar hikmat dan akal budi yang dari atas dan bukan dari dunia (Yak 3:13). Apakah hikmat dari atas itu? Pertama-tama, murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (Yak 3:17). Itulah hikmat dari Tuhan, bagaikan tiang-tiang yang ditegakkan dalam bangunan rohani kita sehingga tidak mudah dirobohkan oleh si jahat.
Dengan demikian, bagaikan rumah yang kokoh berdiri oleh karena tiang-tiangnya yang tegak, hikmat yang dari atas dapat membimbing kita pada jalan pengertian (Ams 9:6). Dalam bahasa Ibrani, jalan pengertian secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai jalan yang bijak, jalan yang memberikan pengetahuan dan pertimbangan untuk membedakan hal yang baik dan jahat. Hanya dengan jalan itu kita beroleh hidup atau memiliki kehidupan serta dapat terus berada dan tetap hidup di dalam Tuhan.