SAUH BAGI JIWA
“Ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi” (Amsal 8:29)
“Ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi” (Amsal 8:29)
Ada perkataan dalam bahasa Inggris, “Be water, my friend,” atau dapat diartikan, “Jadilah air, kawan.” Perkataan ini dikatakan oleh seorang legenda ahli beladiri yang sangat disegani. Sang legenda tentu memiliki kesan mendalam dengan air hingga ia menyampaikan perkataan hikmat itu.
Jika kita merenungkannya, air tidak memiliki bentuk yang tetap. Ketika air dituang ke dalam cangkir, ia akan berbentuk serupa cangkir. Saat dituang ke dalam botol maka ia akan berbentuk serupa botol. Ketika dituang ke dalam teko, ia akan mengikuti bentuk teko itu.
Air juga bisa mengalir dengan lembut, menetes dengan perlahan, tetapi juga dapat menghempas dengan sangat keras. Batu yang keras pun dapat berlubang jika air terus menerus menetes pada titik yang sama pada batu itu dalam jangka waktu yang lama.
Air memang dapat dengan mudah beradaptasi di mana pun ia berada. Ia menyesuaikan diri dengan wadah di mana ia ditempatkan. Air tampak begitu cair, namun memiliki daya hancur terhadap benda yang keras.
Sifat air ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menjadi pribadi yang mudah beradaptasi dan bisa menempatkan diri di mana pun kita berada. Di zaman yang berubah dengan cepat akibat kemajuan teknologi yang begitu pesat, perubahan interaksi sosial yang ada mulai menggeser pola-pola yang dahulu berlaku dan dirasakan tidak relevan lagi.
Perubahan-perubahan ini tentu akan menjadi tantangan, bahkan menjadi rintangan yang sangat besar bagi mereka yang tidak cepat berusaha menyesuaikan diri. Jika kita berkeras mempertahankan cara pandang dan pola kita yang lama dan tidak mau berubah untuk menyesuaikan dengan keadaan yang ada, kita dapat terhempas oleh arus perubahan yang deras ini.
Di satu sisi, menjadi seperti air adalah sikap yang kita butuhkan dalam menjalani kehidupan. Kehidupan tidak statis, tetapi penuh dinamika dan perubahan-perubahan yang tidak kita duga. Karena itu, kita pun harus berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan.
Namun, apakah air akan berubah sekehendak hatinya tanpa ada batasan-batasan yang perlu ditaati?
Amsal 8:29 berkata, “Ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi.” Meskipun air tidak memiliki bentuk yang tetap dan dapat berubah-ubah dengan leluasa mengikuti wadahnya, Tuhan telah menentukan batasan kepada air agar air tidak melanggar titah Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita pun harus seperti air yang cepat untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Namun, penyesuaian diri atau adaptasi yang kita lakukan itu harus tetap memiliki batasan. Kita tidak bisa berubah-ubah atau menyesuaikan diri sekehendak hati kita, tetapi harus senantiasa mengingat batasan yang telah ditetapkan Tuhan sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar.
Jadilah seperti air, namun beradaptasilah dan sesuaikan diri kita dalam batasan yang telah ditetapkan Tuhan.