SAUH BAGI JIWA
“Kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu” (Amsal 7:7-8)
“Kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu” (Amsal 7:7-8)
Firman Tuhan di atas menjelaskan bahwa ada anak muda yang tidak berakal budi. Ia pergi ke sudut jalan lalu melangkah menuju rumah perempuan sundal. Mereka mengisi masa mudanya dengan perbuatan asusila, melakukan dosa perzinahan yang tidak dikenan Tuhan. Di sini digambarkan bahwa orang muda itu belum berpengalaman, baru terjun ke masyarakat dan pergaulan yang luas sehingga ia terjerat dalam bujukan yang menyesatkan. Ketika tidak memiliki akar iman yang kuat, orang bisa dengan mudah jatuh ke dalam dosa.
Masa muda adalah masa yang indah, saat orang memiliki kekuatan yang prima, merasakan keceriaan dan kegembiraan dan dipenuhi harapan dan cita-cita setinggi langit. Masa muda juga identik dengan berkembangnya naluri seseorang untuk mendekati lawan jenis sehingga hidup terasa semakin indah dan berwarna.
Banyak pemuda Kristen mengisi masa mudanya di gereja. Mereka bersekutu, belajar firman Tuhan, berdoa dan melayani Tuhan bersama-sama. Hati mereka dipenuhi ucapan syukur dan sukacita karena ada penyertaan Tuhan di dalam kehidupan mereka.
Seorang tokoh di dalam Ilmu Psikologi Perkembangan mengemukakan istilah akar dan sayap untuk menggambarkan cara mendidik anak-anak sejak dini. “Berilah akar kepada anakmu supaya dia bertumbuh. Setelah itu berilah sayap kepadanya agar dia dapat menjelajah dunia dengan berani.”
Memberikan pendidikan agama serta mengajarkan perilaku dan sikap moral yang baik kepada anak-anak sejak dini merupakan hal yang sangat penting karena menjadi akar yang kuat dan dalam di dalam diri mereka. Dengan cara ini, kelak ketika memasuki masa remaja dan pemuda, mereka dapat mengembangkan sayapnya dengan penuh percaya diri dan memiliki dasar iman yang baik.
Paradigma dunia saat ini telah banyak berubah. Jika dulu hubungan seks pranikah merupakan hal yang tabu, hari ini tidaklah demikian di dalam masyarakat pada umumnya. Pandangan orangtua zaman ini pun sudah bergeser, tidak lagi merasa hal-hal demikian sebagai sesuatu yang memalukan, padahal itu adalah dosa perzinahan yang melanggar hukum Allah yang ketujuh.
Yusuf menghabiskan masa mudanya untuk bekerja di rumah Potifar dan berada di dalam penjara. Di rumah Potifar, Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia berhasil dalam pekerjaannya. Yusuf bekerja dengan rajin dan memperoleh kepercayaan tuannya. Karena memiliki akar iman yang kuat, Yusuf tidak goyah ketika dicobai oleh istri Potifar walaupun akhirnya ia difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Pada masa mudanya, Yusuf taat pada perintah Allah dan berhasil menjaga kekudusannya. Seperti tertulis dalam firman Tuhan, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu.” (Mzm. 119:9)
Sebagai orang muda saat ini, kita memiliki “sayap” yang nampaknya membuat kita bebas menjelajah dunia dan menentukan pilihan untuk masa depan kita. Pilihan apa yang akan kita ambil? Apakah kita tetap teguh berpegang pada firman Tuhan atau lebih memilih mengikuti arus dunia? Marilah kita tetap menjaga kekudusan seperti Yusuf dan tidak menjadi teruna yang tidak berakal budi sehingga Tuhan menyertai kehidupan kita.
“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” (2Tim 2:22)