SAUH BAGI JIWA
“Ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen” (Amsal 6:8)
“Ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen” (Amsal 6:8)
Sebuah artikel olahraga memasang judul yang menarik: Semut Bersatu, Inspirasi Guardiola. Pelatih sepakbola terkenal berkebangsaan Spanyol, Pep Guardiola, berkata bahwa klub yang diasuhnya, yang bertaburan dengan bintang-bintang sepak bolanya yang hebat, harus belajar kepada semut. Ia menuturkan, “Keberhasilan Barcelona bukanlah semata-mata karena kerja kerasnya sendiri, melainkan juga peran asisten pelatih, pelatih fisik, dokter tim, fisioterapis dan lainnya.” Uniknya, pemikirannya itu muncul karena terinspirasi kerja keras dan kebersamaan yang dimiliki oleh semut.
Firman Tuhan berkata, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” (Ams. 6:6). Semut hidup dalam suatu koloni tanpa adanya pemimpin, pengatur atau penguasa. Ini merupakan suatu fenomena yang luar biasa. Bayangkan saja, semut mampu menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen tanpa adanya kekacauan.
Mari kita bandingkan dengan peristiwa Yesus melakukan mukjizat untuk memberi makan kira-kira lima ribu orang laki-laki. Semua orang itu diminta untuk duduk berkelompok-kelompok. Andai tidak ada pemimpin yang mengatur, apakah mereka dapat duduk bersama-sama menikmati roti dan ikan? Tentu saja tidak. Mungkin ada yang tidak kebagian makanan, bahkan bisa saja ada yang mati terinjak-injak karena semua orang saling berebut makanan. Semut tidaklah demikian. Kita tidak pernah menyaksikan semut mati karena berebut makanan. Semut selalu bersatu padu, bersama-sama bekerja keras untuk menyediakan makanan di musim panas. Mereka dengan rajin mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
Kitab Amsal banyak memberikan nasihat kepada orang yang malas. Seperti dikatakan di dalam Amsal, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” Sikap malas digambarkan seperti orang yang sudah menangkap buruannya, tetapi enggan mengolah hasil buruannya untuk bisa dimakan. Karena itu, ia tidak akan menjadi kenyang. Ini senada seperti yang diungkapkan oleh Amsal pasal 6 tadi. Orang-orang yang malas sesungguhnya tidak akan memperoleh apa-apa; mereka akan terus kekurangan dan diserbu oleh kemiskinan.
Saudara-saudari, kita diingatkan agar belajar kepada semut dan memperhatikan kehidupannya supaya kita menjadi lebih bijak. Baiklah kita bekerja keras untuk mencari dan mengumpulkan makanan rohani. Kita harus bertekad untuk membuang segala bentuk kemalasan, seperti mendengarkan firman Tuhan, bukan bersantai-santai atau menghabiskan waktu seharian hanya untuk nongkrong atau bermain game. Ingatlah, jika kita terus-menerus hidup demikian, kita tidak akan pernah mengalami perubahan apa-apa; sebaliknya, kita akan mengalami kemiskinan dan kemerosotan rohani.