SAUH BAGI JIWA
“Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Amsal 5:18)
“Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Amsal 5:18)
Perikop ini menggambarkan bagaimana membina hubungan rumah tangga yang baik antara suami dan istri yang terikat dalam pernikahan yang kudus. Sebuah pernikahan menjadi awal perjalanan hidup baru bagi setiap pasangan yang resmi menjadi suami istri.
Sejak awal manusia diciptakan, Allah membuat manusia berpasangan laki-laki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Allah menghendaki kesatuan antara suami dan istri di dalam Kristus. Agar berkenan kepada Allah, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pernikahan.
Amsal 5:15-20 menggambarkan hubungan suami istri yang berkenan kepada Allah. Raja Salomo mengungkapkan dalam ayat 15-17 bahwa membina hubungan suami istri ibarat sumur dengan mata air yang membual, yang menunjukkan hidup yang berkecukupan. Agar bisa merasa cukup, suami-istri harus menimba dari sumurnya sendiri. Seperti juga dikatakan, “Minumlah air dari kulahmu.” Terjemahan secara harfiah dalam bahasa Ibrani adalah “minumlah air dari lubang sumurmu yang memancar dari dalam sumber airmu.” Di ayat 18 ada kata “sendang” atau “mata air” yang dalam bahasa Ibrani juga merujuk pada kemurnian hati maupun keberhasilan atas hal-hal yang kita kerjakan. “Mata air” menggambarkan bahwa suami istri yang berkenan di hadapan Tuhan haruslah pasangan yang mau berusaha mencukupi keluarganya dengan usaha yang benar sehingga Allah memberkati rumah tangga mereka.
Di ayat 19-20, Raja Salomo mengingatkan agar suami istri menghindari hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, yaitu perselingkuhan atau perzinahan, serta menaruh hormat dan setia terhadap pernikahan kudus yang ditetapkan Allah. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibr 13:4)