SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu” (Matius 27:61)
“Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu” (Matius 27:61)
Setelah Tuhan Yesus meninggal, Yusuf dari Arimatea muncul meminta mayat Tuhan Yesus, mengambil mayat Tuhan Yesus dan menguburkan mayat-Nya. Lalu ada Maria Magdalena dan Maria lainnya di sana. Kita telah mengetahui ada banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus. Di antara mereka ada yang pernah disembuhkan dari penyakit dan kerasukan setan. Tetapi saat Tuhan Yesus mati, ada berapa orang yang berada di sisi-Nya?
Mari kita melihat contoh dari tokoh Maria Magdalena. Maria Magdalena benar-benar mengikuti Tuhan. Di dalam hatinya hanya ada Tuhan Yesus. Maria mengikuti Tuhan Yesus dengan sepenuh hatinya. Bahkan saat Tuhan Yesus meninggal, ia tetap di sana.
“Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu” (Mat 28:1). Firman Tuhan mengatakan, setelah sabat, orang pertama yang menengok kubur Tuhan adalah Maria Magdalena dan Maria yang lain. Saat masih gelap, mereka tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk pergi ke kubur Tuhan Yesus. Kita dapat melihat begitu besar kasih dan perhatian mereka kepada Tuhan dan mereka merindukan-Nya. Padahal di sana, tidak ada yang dapat mereka lakukan.
Dalam kitab Yohanes 20, dikatakan Maria Magdalena mengabarkan kepada Petrus dan murid lainnya tentang apa yang ia lihat di kubur. Tubuh Tuhan ternyata tidak ada di sana. Saat diberitahukan oleh Maria Magdalena, Petrus dan murid lainnya tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka berusaha untuk memastikan kabar itu, dan melihat bahwa sungguh tubuh Yesus tidak ditemukan. “Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis” (Yoh 20:10-11a). Di dalam ketidak-mengertian, murid-murid pulang ke rumah. Hanya Maria Magdalena yang tetap di sana sambil menangis.
Murid-murid pulang, sebab tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan di kubur yang telah kosong. Maria pun tahu akan hal itu. Namun, masih ada hal yang mengganjal di hati Maria. Ia berdiri dekat kubur dan terus menangis. Kerinduannya terhadap Tuhan dan kasih-Nya tercermin dari kepedihan yang dirasakan dalam hatinya.
Dalam kesedihannya, Maria menjenguk ke dalam kubur. Ia bertemu dengan dua orang malaikat berpakaian putih dan saat ia menoleh ke belakang, Yesus berdiri di situ. Tetapi Maria menyangka bahwa Ia adalah penunggu taman. Tuhan tahu persis kepedihan hati Maria yang begitu mendalam, sehingga Ia beserta dua orang malaikat menampakkan diri pada Maria. Di saat murid-murid yang di rumah masih tidak memahami apa yang telah terjadi, Maria–di dalam kepedihannya–melihat Tuhan Yesus dan dua malaikat–di dekat kubur Yesus.
Tuhan begitu menghargai ratap tangis, kepedihan hati dan hati yang hancur. Seringkali kita menangis karena penderitaan yang kita alami. Namun, seberapa sering kita menangis demi Tuhan Yesus? Apakah kita pernah menangis saat kita mengingat kembali pengorbanan-Nya di atas kayu salib demi dosa-dosa kita? Apakah kita merasa sedih saat kesempatan untuk melayani-Nya terlewatkan? Apakah hati kita begitu pedih sampai-sampai menitikkan air mata saat kita mendoakan sesama saudara-saudari ataupun teman-teman, anggota keluarga yang begitu membutuhkan kasih karunia Allah, baik dalam kehidupan jasmani maupun kehidupan kerohanian mereka? Seberapa sering kita menangis demi Tuhan Yesus? Kiranya tangisan hati kita demi Tuhan dan pelayanan-Nya dapat menyentuh hati Tuhan untuk memberikan belas kasihan-Nya atas kita. Amin.