SAUH BAGI JIWA
“Kasih karunia…dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (Filemon 3)
“Kasih karunia…dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (Filemon 3)
Selama di penjara, rasul Paulus tetap menyalami temannya yang kekasih beserta keluarganya melalui sepucuk surat. Dia menyalami mereka dengan kasih karunia dan damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus. Namun, dengan latar belakang penderitaan yang sedang ia alami, sulit rasanya untuk menganggap kalimat salam yang diberikan rasul Paulus hanyalah sekedar salam pembuka formalitas.
Di dalam suratnya, daripada memohon Filemon untuk mendoakan agar Tuhan kiranya memberi kelegaan pada penderitaannya; Paulus menuliskan, “Kasih karunia … dari Allah, Bapa kita … menyertai kamu.” Bagaimana mungkin ia dapat menuliskan perkataan kasih karunia di dalam deritanya di penjara?
Beberapa tahun sebelumnya, rasul Paulus mengalami penderitaan “duri dalam daging,” dan ia tiga kali berseru kepada Tuhan agar ia kiranya diberi kelegaan dari penderitaannya. Namun, Tuhan menjawab, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9).
Jawaban demikian bukan berarti bahwa Allah menolak untuk membebaskan Paulus dari “duri”nya, melainkan Allah ingin agar rasul Paulus memahami kasih karunia yang telah Ia berikan kepadanya. Ketika Paulus menyadari bahwa ia lemah adanya, di saat itulah ia dapat mengalami penyertaan kekuatan dari Tuhan pada dirinya.
Nasihat yang demikian dapat menjadi pengingat yang sungguh menguatkan sekaligus menjadi penyemangat dalam penderitaannya. Oleh karena itu, Paulus dapat bertahan dan menguatkan diri sewaktu ia dipenjara.
Bagaimana pun juga, frase “kasih karunia” berarti kemurahan dari Allah yang ia berikan pada kita secara cuma-cuma. Namun, menerima kasih karunia-Nya tidak serta-merta membebaskan kita dari kesulitan hidup. Bahkan sebaliknya, kita justru dapat mengalami sendiri kemurahan Tuhan di saat kita sedang menderita. Ia akan memberikan kekuatan-Nya ketika kita sedang lemah.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa “dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Dengan kata lain, melalui penderitaan kita dimampukan untuk memahami bahwa kasih karunia Tuhan bagi kita sesungguhnya sudah mencukupi—terutama di masa-masa ketika rohani kita dapat dikuatkan meskipun secara jasmani kita merasakan kelemahan.
Itulah kasih karunia yang ingin rasul Paulus sampaikan kepada Filemon. Di dalam pergumulannya untuk menerima Onesimus kembali, Paulus mengingatkan akan kasih karunia Kristus yang telah Filemon terima—sehingga di dalam pergumulan hatinya, kasih karunia Tuhan sesungguhnya beserta untuk menguatkan dirinya di dalam mengambil keputusan yang akan berkenan kepada Tuhan dan kepada gereja yang ada di rumahnya.