SAUH BAGI JIWA
“…dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita…” (Filemon 2)
“…dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita…” (Filemon 2)
Dalam suratnya kepada Filemon, rasul Paulus pernah mencatatkan tentang seorang yang bernama Arkhipus, yang disebutnya sebagai “teman seperjuangan kita,” atau dalam terjemahan versi Alkitab bahasa Inggrisnya, “tentara seperjuangan kita.”
Tentunya, kata “tentara” dalam surat Paulus bermakna figuratif, yaitu melambangkan perjuangan dan pergumulan para pengikut Yesus di dalam melakukan pekerjaan Injil serta tantangan demi tantangan yang harus dihadapi.
Cukup menarik bahwa dalam salam pembukanya, rasul Paulus turut menyebutkan nama Arkhipus dengan penekanan bahwa ia adalah seorang tentara seperjuangan, yaitu seorang rekan sekerja Paulus yang telah berjuang bersama-sama dalam penderitaan oleh karena Injil kristus.
Perlambangan “tentara” yang dimaksudkan Paulus sesungguhnya bukan sekedar kiasan. Perjuangan yang dihadapi benar-benar nyata. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus pernah menegaskan bahwa perjuangan demi Injil bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan roh-roh jahat di udara. Dalam bahasa Yunani, kata “berjuang” secara struktur bahasa asli menunjukkan bahwa kondisi perjuangan tersebut sedang berlanjut dan terus-menerus adanya.
Maka, Arkhipus—si “teman seperjuangan” yang dimaksud tentunya adalah bukan seorang tentara yang “sedang cuti” atau bahkan “bekas tentara,” melainkan seorang rekan yang sedang berjuang bersama-sama Paulus demi Kristus, yang secara dunia roh berjuang melawan roh-roh jahat yang senantiasa menghambat pekerjaan Injil.
Selain itu, teman seperjuangan atau tentara Kristus adalah seorang rekan yang berkewajiban untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sampai tuntas (Kol 4:17). “Perhatikanlah,” demikian rasul Paulus memberikan pesan pada Arkhipus. Dengan kata lain, sebagai seorang yang sedang berjuang bersama, Paulus menginginkan agar Arkhipus turut mengerjakan pelayanannya dengan kesungguhan hati dan ketaatan.
Ada kalanya, pusat perhatian kita menjadi tersita oleh karena berbagai kesibukan pekerjaan, mengurus rumah tangga dan lainnya; sehingga pekerjaan pelayanan yang telah kita terima dari Tuhan menjadi tertunda, bahkan akhirnya terbengkalai. Teman seperjuangan yang demikian bukan lagi seorang rekan yang taat dalam Tuhan.
Dalam pesannya, rasul Paulus menyampaikan dengan tegas harapannya terhadap Arkhipus, agar pelayanan yang telah diterimanya dari Tuhan dapat ia jalankan sepenuhnya atau ia selesaikan sampai tuntas.
Ada kalanya pekerjaan pelayanan tidak dikerjakan sampai tuntas. Semasa perjuangannya demi Injil, rasul Paulus pun pernah memiliki seorang teman seperjuangan yang pergi meninggalkan dirinya, yaitu: Demas. Ia telah pergi meninggalkan pekerjaan pelayanannya dari memilih untuk memihak pada dunia sebab ia “telah mencintai dunia ini.”
Mengapa begitu penting bagi rasul Paulus untuk mengingatkan Arkhipus agar ia memusatkan perhatiannya di dalam menjalankan pekerjaan pelayanannya sampai tuntas? Perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan demi Injil Kristus sesungguhnya adalah demi keselamatan jiwa banyak orang, baik yang kita kenal maupun yang belum kita kenal. Untuk hal yang begitu berharga, tidak heran rasul Paulus menggunakan kalimat perintah “perhatikanlah” agar kita dapat memusatkan perhatian secara terus-menerus terhadap pekerjaan pelayanan yang harus dituntaskan.
Melalui kemurahan kasih karunia-Nya, Tuhan telah mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, supaya kita dapat menjalani kehidupan yang berarti sesuai dengan kehendak-Nya. Akankah kita pergi meninggalkan pelayanan-Nya, hanya karena kekecewaan? Hanya karena dunia sepertinya terlihat lebih gemerlap dibandingkan dengan pengharapan Injil Kristus? Ingatlah akan kasih pengorbanan Tuhan yang telah kita terima sebelumnya, niscaya sebagai tentara-Nya kita akan tetap melanjutkan perjuangan demi Injil.