SAUH BAGI JIWA
“…seorang hukuman, karena Kristus Yesus…” (Filemon 1)
“…seorang hukuman, karena Kristus Yesus…” (Filemon 1)
Dalam surat-suratnya, rasul Paulus sering kali memperkenalkan dirinya sebagai seorang tahanan milik Kristus Yesus, yang menderita demi Injil. Seperti halnya dalam surat kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menganggap dirinya sebagai seorang yang dipenjarakan karena Tuhan, demi panggilan jemaat atas Injil.
Bagi rasul Paulus, menjadi seorang tahanan karena Kristus Yesus artinya kebebasan dirinya dibatasi oleh karena perbuatannya memberitakan Injil. Frase “seorang hukuman karena Kristus Yesus” menunjukkan bahwa diri Paulus secara keseluruhan adalah kepunyaan Kristus dan ia harus menghadapi penderitaan karena kesaksian Kristus Yesus.
Di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus menuliskan bahwa sebagai seorang rasul Tuhan, ia telah menjadi tontonan bagi dunia, menduduki tempat yang paling rendah—yaitu sebagai seorang yang telah dijatuhi hukuman mati. Dengan kata lain, rasul Paulus memahami bahwa aktivitasnya di dalam memberikan kesaksian tentang Tuhan Yesus akan mengakibatkan penderitaannya.
Meskipun demikian, hal tersebut sejalan dengan kehendak Allah. Sama seperti seorang tahanan penjara yang kebebasannya dibatasi; sebagai seorang tahanan milik Kristus, rasul Paulus tidak memiliki kebebasan untuk menghindarkan diri dari kesulitan dan tantangan akibat Injil. Demikianlah rasul Paulus menjelaskan kepada Timotius bahwa “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2Tim 3:12).
Sama halnya, sebagai pengikut Tuhan, secara rohani status kita adalah tahanan milik Kristus. Oleh karena kita telah ditebus dengan darah-Nya, maka kita tidak lagi memiliki wewenang atas hidup maupun kebebasan kita sendiri. Dengan kata lain, kita telah menjadi milik-Nya dan Tuhan memiliki wewenang atas hidup kita; sehingga—seperti yang dialami oleh rasul Paulus demi Injil—kita pun akan diperhadapkan dengan penderitaan bahkan penganiayaan oleh karena Injil Kristus Yesus.
Sikap yang demikian akan membantu kita memahami penderitaan yang akan kita hadapi di saat kita melayani Tuhan. Dalam pelayanan, seringkali kita berharap bahwa pekerjaan pelayanan kita untuk-Nya akan mendatangkan hujan berkat-Nya dalam kehidupan kita. Namun, pada kenyataannya, kita malah diperhadapkan dengan kesulitan maupun penderitaan—meskipun tugas pelayanan-Nya sudah kita lakukan dengan baik dan dengan setia.
Itulah kelengahan yang mungkin kita alami, yaitu: Kita melihat pelayanan berdasarkan cara pandang dan keinginan kita sendiri; sehingga rancangan besar yang Allah rencanakan dalam hidup kita malah terlewatkan oleh pandangan kita.
Tuhan mengizinkan kita untuk menderita, bahkan di saat kita melakukan tugas pelayanan untuk-Nya sekalipun—bukan karena Ia menikmati kesengsaraan kita, melainkan karena Ia ingin membentuk kita, mempersiapkan diri kita agar kita dapat menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dan inilah kehendak dan tujuan-Nya yang mulia bagi kita sejak sebelum dunia dijadikan.
Seperti yang dapat kita baca dalam pengalaman hidup rasul Paulus sendiri, penderitaannya di dalam Kristus justru membentuk karakternya. Namun, perlu diingat bahwa kekuatan karakter Paulus terbentuk hanya karena ia bersandar pada kehendak wewenang Tuhan atas hidupnya. Rasul Paulus mengerti dan memahami alasan serta keuntungan dibalik penderitaannya dalam penjara; dan hal-hal demikianlah yang menguatkan dirinya sebagai tahanan milik Kristus.