SAUH BAGI JIWA
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8)
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8)
Beberapa ibu menceritakan keburukan perilaku anak-anaknya. Beberapa anak menceritakan keburukan sikap orang tuanya. Beberapa istri kecewa dengan tutur kata kasar suaminya. Beberapa suami jengkel dengan istrinya yang suka ngerumpi. Beberapa hamba Tuhan bersedih melihat pelayanan para jemaatnya. Beberapa jemaat marah dan kecewa melihat kondisi gereja dan pendetanya.
Kalimat-kalimat di atas adalah contoh sikap kita saat menilai orang lain, seperti halnya saat melihat sekuntum bunga mawar. Kita suka dengan bunganya tapi tidak suka dengan durinya. Duri mawar kita anggap sebagai perusak suasana.
Akan tetapi, marilah kita mencoba membalik pola pikir negatif ini dengan sesuatu yang positif; yaitu: sudut pandang lain di balik kenakalan anak, sikap keras orang tua, tutur kata kasar suami, cerewetnya sang istri, keadaan gereja dan hal lainnya. Dengan sudut pandang yang demikian, kita dapat melihat latar belakang dan sebab-akibat yang berbeda.
Seringkali di dalam menilai perilaku seseorang, kita cenderung memusatkan perhatian pada kelemahan atau sisi buruk orang itu dibandingkan dengan kelebihan atau kebaikan yang dimiliki orang tersebut. Akhirnya, sisi buruk itulah yang menjadi perusak suasana hati. Coba kita bandingkan dua kalimat ini: “Kecewa melihat bunga indah tetapi banyak durinya,” atau “Bahagia melihat pohon berduri tapi banyak bunganya.” Suasana hati yang manakah yang akan Anda pilih?
Selamat beraktivitas