SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia” (Kisah Para Rasul 24:16)
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia” (Kisah Para Rasul 24:16)
Tuhan ingin agar kita menyembahNya dalam roh dan kebenaran, untuk mempertahankan hati nurani yang murni dan iman yang tulus, dan untuk menjadi orang Israel sejati yang tidak punya kepalsuan. Walaupun ada pilihan yang mungkin tampak tidak berbahaya karena sepertinya tidak melanggar kehendak umum Tuhan atau membawa kita pada konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapkan, kita masih harus waspada untuk tidak bersalah dalam motivasi-motivasi kita.
Contohnya, apakah kita memilih karir berdasarkan ketertarikan bawah sadar kita akan imbalan keuangan dan kedudukan yang diberikan, menghibur diri bahwa pekerjaan itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip alkitabiah, namun membutakan mata terhadap bahaya-bahaya yang mungkin mengintip di depan? Atau apakah kita memilih seorang pasangan berdasarkan ketertarikan bawah sadar kita akan kecantikan atau ketampanan fisik dan status sosialnya, menghibur diri bahwa bagaimanapun juga dia adalah jemaat gereja, tetapi tidak mempedulikan nilai-nilai kristiani yang seharusnya menjadi pertimbangan utama kita? Kadang kala, meskipun pilihan kita itu sendiri tampak baik-baik saja di permukaan, motivasi-motivasi kita yang sebenarnya telah menjadi tumpuan kaki bagi si jahat.
Sangatlah penting bahwa selagi kita menentukan pilihan yang tepat, kita bertekad untuk menerima konsekuensi-konsekuensi yang mungkin mengikutinya. Pilihan Yusuf untuk menjalani kehidupan yang takut akan Tuhan tidak menghantarkannya pada kemewahan, malah sebaliknya memancing pengkhianatan saudara-saudaranya, membuatnya terpisah dari ayah tercinta, difitnah oleh nyonya majikan, dan dipenjarakan tanpa sebab. Bahkan juru roti, yang ditolongnya atas kehendak Tuhan di penjara, melupakannya selama dua tahun penuh. Tetapi semua ini merupakan kehendak tersembunyi Tuhan yang perlu bagi Yusuf dan bagi keluarga besar Israel dan yang lebih penting, bagi rencana akhir keselamatan Tuhan.
Walaupun pada saat menjalaninya Yusuf tidak pernah memahami alasan penderitaannya, dan meskipun ia bisa melihat masa muda dan hidupnya berlalu dengan cara yang tampak sia-sia, ia tetap berpegang teguh pada pilihan tepat yang telah ia ambil sejak mula. Pelajaran bagi kita ialah, teruslah bertahan pada pilihan-pilihan tepat yang kita ambil, sekalipun dampak langsungnya tampak tidak menyenangkan.
Banyak orang merasa tersesat ketika menghadapi persimpangan dalam jalan hidup mereka. Ini bukan karena kehendak Tuhan tidak mudah dipahami, melainkan karena mereka menunggu sampai berada di persimpangan jalan sebelum mulai datang mendekat untuk mencari kehendak Tuhan, atau bahkan karena alam bawah sadar mereka enggan menerima apa yang sudah mereka ketahui merupakan pilihan yang benar.
Bukan permohonan penuh keputusasaan yang kita panjatkan satu kali kepada Tuhan yang akan mengungkapkan kehendak-Nya, bukan pula peningkatan emosi mendadak yang akan membantu kita mengikuti petunjuk-Nya. Melainkan, persekutuan mendalam yang terus-menerus dengan Tuhanlah yang akan membuat kita memahami kehendak-Nya ketika kita memerlukannya, dan melembutkan hati kita untuk berserah kepada-Nya.