SAUH BAGI JIWA
“…Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15)
“…Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15)
Ketika kita membangun persekutuan yang mendalam dengan Tuhan, kita juga harus membedakan apakah pilihan-pilihan kita bertentangan dengan kehendak umum Tuhan. Kita hidup di era yang sangat berbeda dengan orang-orang yang kita baca dalam Alkitab. Tidak seperti kita, mereka tidak pernah memiliki Alkitab yang lengkap, dengan prinsip-prinsip dan hukum-hukum Tuhan dituliskan secara jelas. Mereka juga tidak memiliki Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati untuk membimbing mereka pada seluruh kebenaran, untuk menasihati dan memotivasi mereka.
Pada beberapa kasus, seperti Nuh dan Abraham, mereka tidak pernah memiliki organisasi seperti gereja, atau bahkan rekan-rekan yang dapat menguatkan mereka. Karena itu tidak heran jika Tuhan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang pilihan ini dengan cara khusus.
Tetapi bagi kita sekarang, kehendak umum Tuhan sudah dicatat dalam Alkitab. Seringkali, lewat ayat-ayat Alkitab yang kita baca, melalui kesadaran tanpa kata dalam doa-doa kita selagi merenungkan firman Tuhan, melalui khotbah-khotbah yang memberitakan firman Tuhan, atau bahkan melalui perjumpaan dengan teman-teman di gereja, kita menyadari bahwa Tuhan sudah menunjukkan arah yang harus kita tempuh.
Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin memahami kehendak Tuhan bagi diri kita, kita tidak boleh menumpulkan indera kita pada saluran-saluran ini. Kita mungkin berhak protes bahwa Alkitab tidak memuat daftar skenario yang rinci, tetapi Alkitab memuat prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan pada setiap situasi.
Alkitab mungkin tidak menjelaskan apakah kita harus menjadi seorang akuntan, seorang dokter, seorang pengacara, seorang insinyur, atau seorang guru, tapi Alkitab memuat rincian moral yang jelas tentang yang benar dan yang salah untuk membantu menentukan apakah pilihan karir kita menyebabkan kita berdosa terhadap Tuhan.
Demikian juga, Alkitab tidak menyebutkan orang mana persisnya yang harus kita pilih sebagai pasangan, tetapi Alkitab memuat prinsip-prinsip yang jelas seperti perintah untuk menikah di dalam Tuhan. Jika kita menelaah Alkitab secara mendalam, Alkitab juga akan mengungkapkan syarat-syarat yang dipandang berharga oleh Tuhan, yang harus kita gunakan dalam memilih pasangan.
Gabungan dari semua prinsip dalam Alkitab ini, kalau diterapkan pada setiap sudut kehidupan kita, mengarahkan kita pada perkara yang paling penting: keselamatan. Yaitu, kehendak umum Tuhan bagi kita masing-masing ialah agar kita menggunakan waktu kita yang terbatas di dunia ini untuk mengusahakan keselamatan kita. Pada setiap persimpangan jalan hidup kita, sangatlah penting untuk secara jujur mempertimbangkan apakah pilihan kita membawa kita semakin dekat kepada atau semakin jauh dari Tuhan, apakah jalan yang kita tempuh mengarah pada keselamatan atau kehancuran.
Ada pilihan yang mulanya tampak netral, tetapi kita tetap harus selalu mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi-konsekuensinya. Contohnya, walau banyak pekerjaan tidak bertentangan langsung dengan prinsip-prinsip alkitabiah, pekerjaan-pekerjaan itu mungkin membuka pintu bendungan banjir kebutuhan untuk berdusta, meladeni tamu di pusat-pusat hiburan malam, atau terlibat dalam politik-politik jahat kantor, atau mungkin mengikat kita dengan beban kerja dan tekanan yang begitu berat sehingga menyita waktu dan pikiran kita dari Tuhan. Dalam kasus-kasus demikian, kita perlu mempelajari kembali pilihan-pilihan kita. Gagasan ini juga diterapkan pada pemilihan bidang studi, karena pilihan itu pada akhirnya akan mengarahkan kita pada pilihan-pilihan karir tertentu.