SAUH BAGI JIWA
“Bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Amsal 5:18)
“Bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Amsal 5:18)
Apakah Anda termasuk orang yang bersukacita dengan pasangan Anda atau malah merasa terbeban? Tahukah Anda, meskipun berumur 60 tahun lebih, Ishak justru bermesra-mesraan dengan istrinya (Kej 25:26, 26:8). Hubungan antar suami-istri tetap harus didukung dan diperhatikan supaya rasa membutuhkan dan rasa daya tarik terhadap lawan jenis lain yang bukan pasangannya dapat dihindari.
Kitab Amsal memberikan nasehat tentang hubungan pernikahan suami-istri, “Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan? Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain. Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Ams 5:15-18).
Nasehat tersebut tidak lain adalah mengajarkan kepada kita untuk mencari kepuasan dari pasangan kita sendiri, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental emosional—semuanya adalah dari pasangan bukan dengan orang lain. Bagaimana mungkin kita dapat bersukacita dengan pasangan jika kita sendiri tidak berusaha untuk tetap membina hubungan baik dengan pasangan? Bahkan memberikan celah dan ruang bagi Iblis di dalam menggoda kita untuk menaruh hati kepada lawan jenis yang bukan pasangan kita?
Ada istilah “krisis di usia baya,” yang artinya, seorang yang berusia baya masih merasa dirinya menarik, sehingga ia mencari orang lain untuk memperlihatkan daya tarik yang dimiliki dirinya. Maka, timbullah perselingkuhan dan ketidak-setiaan terhadap pasangan.
Jika kita renungkan, mengapa bisa timbul perkataan “pasangan orang lain jauh lebih baik dibandingkan pasangan saya sendiri”? Sebab kita berhadapan dengan pasangan hidup setiap hari dan kita jauh lebih tahu tentang kelemahan pasangan kita.
Contohnya saja, seorang istri berwajah cantik, mempunyai sikap baik di lingkungan teman-temannya. Tetapi begitu sampai di rumah, ia berubah menjadi tidak peduli terhadap siapapun, berlaku seenaknya terhadap anggota keluarga, termasuk kepada suaminya sendiri. Wajah cantik yang demikian, hanya indah bagi orang lain tetapi tidak untuk suaminya. Dengan demikian, sang suami merasa istrinya justru sangat buruk dan perempuan lain yang bukan istrinya—meskipun tidak berwajah cantik—jauh lebih menarik sikap dan perbuatannya dibandingkan istrinya sendiri.
Bagaimana caranya agar kita dapat tetap setia kepada pasangan hidup? Jagalah hati kita. Jangan memberikan ruang sedikitpun bagi Iblis—yang akan membuat jalinan hubungan kita dengan pasangan semakin menjauh.
Lalu, selain saling memenuhi kebutuhan fisik, mental, emosional bersama pasangan; hendaknya kita juga mencari kepuasaan rohani dalam Kerajaan Allah—yaitu, tetap menjaga hubungan kesetiaan kita dengan Tuhan.
Jauhilah nafsu orang muda. Selama masih hidup, kita masih memiliki keinginan daging dan hawa nafsu. Jauhilah itu supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan.
Kemudian, janganlah mengikuti gaya hidup dunia. Bagi masyarakat lingkungan sekitar kita, adalah hal yang umum untuk saling menggoda bahkan berkencan dengan lawan jenis yang bukan pasangannya melalui media sosial, bahkan berselingkuh di tempat kerja.
Marilah kita ingatkan selalu diri kita akan teguran firman Tuhan. Saling mendukung dan berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan. Saling terbuka dan saling berkomunikasi terhadap masalah sekecil apapun, sehingga masalah dan konflik tidak sampai bertumpuk-tumpuk. Ketika masalah menjadi tidak terselesaikan, akan sangat mudah ditunggangi dan dimanfaatkan oleh si jahat—sehingga akhirnya membuat kita menjadi tidak setia kepada pasangan hidup.