SAUH BAGI JIWA
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26 )
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26 )
Karena tidak ada sesuatu pun yang lebih berharga daripada nyawa, apakah yang seharusnya diperoleh manusia ketika hidupnya berakhir, supaya jerih payahnya tidak menjadi sia-sia? Tatkala manusia lahir ke dunia ini, ia memperoleh nyawa yang demikian berharga. Jika setelah meninggal, sebagai ganti nyawanya ia tidak memperoleh kehidupan kekal di kemudian hari, itu berarti hidupnya di dunia ini telah gagal total, sama sekali tidak bernilai!
Tetapi bagaimanakah manusia dapat memperoleh hidup yang bernilai? Ia haruslah bangkit. Dengan bangkit, hidupnya akan berubah menjadi lebih bermakna, pekerjaannya akan menjadi lebih bernilai. Bangkit di sini adalah seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah” (1Kor 15:42-44).
Apa yang dimaksud dengan ditaburkan? Yaitu modal yang ditanamkan manusia dalam hidup sekarang ini dan dalam pekerjaannya. Hidup manusia dapat dikatakan bernilai bila ia memperoleh nyawa yang lain bagi kehidupannya di kemudian hari, menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kita.
Tujuan hidup kita bukanlah hanya untuk mendapatkan hidup kekal tetapi juga warisan, bahkan bagian yang berkelimpahan. Sehubungan dengan itu, kita harus melakukan perintah Tuhan untuk ‘memberi’, sebab Yesus berkata, “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncangkan dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Luk 6:38).
Karena adanya suatu hubungan antara hidup masa kini dan hidup kekallah pekerjaan manusia di dunia ini menjadi bernilai. Tuhan berfirman: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah hal-hal yang berguna bagi manusia. Mencuci baju, menanak nasi, adalah hal yang berguna bagi manusia.
Mencangkul, menanam sayur, menjadi supir taksi, membuat mobil, jual-beli barang, semuanya berguna bagi hidup manusia. Apa saja yang kita kerjakan untuk membuat kehidupan seseorang lebih mudah, nyaman, aman, segala yang berguna bagi manusia yang kita lakukan untuk Tuhan, pasti kelak Tuhan akan membalasnya. Bila hidup kita bersatu dengan Tuhan, hidup kita pun akan sangat bermakna. Demikian pula pekerjaan kita akan menjadi bernilai. Oleh karena itu, janganlah kita memandang rendah kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari, tetapi hendaklah kita bergiat dalam segala hal untuk mengejar kehidupan yang tidak binasa, mendapatkan warisan yang berkelimpahan.