SAUH BAGI JIWA
“…sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi…bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16)
“…sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi…bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16)
Hidup dalam dunia yang materialis dengan kemakmuran yang meningkat secara konstan, menarik kita untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, kemewahan atau kemiskinan, kelimpahan atau kekurangan, semuanya akan lenyap. Hal yang terpenting adalah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan; selalu menghormati hubungan Tuhan-manusia dan merasa puas dengan hal-hal yang Tuhan berikan kepada kita.
Pada zaman hakim-hakim, seorang yang bernama Elimelekh membawa seluruh keluarganya pindah ke tanah Moab karena ada kelaparan di tanah Israel. Walaupun di tanah Israel dia tidak kelaparan, dia pergi mencari perlindungan di tanah asing karena menginginkan kehidupan yang lebih baik. Dia berkelimpahan, tetapi pergi ke tanah yang bukan milik orang Yahudi untuk mencari lebih banyak kelimpahan. Di tanah Moab, keluarganya benar menikmati kelimpahan yang lebih besar tetapi hanya untuk beberapa tahun. Dua anak lelakinya yang sudah menikah dengan perempuan Moab juga meninggal kemudian (Rut 1:1-5).
Ini adalah hasil akhir dari orang yang terus-menerus mencari kehidupan yang lebih baik dan kelimpahan yang lebih besar, tidak puas dengan apa yang diberikan Tuhan. Elimelekh meninggalkan Israel, tanah perjanjian Tuhan, menuju tanah Moab. Pencarian untuk hidup dengan kelimpahan yang lebih besar ini berakhir tragis. Dalam keadaan bagaimana pun, jangan pernah kita meninggalkan janji dan kehadiran Tuhan.
Selain itu, keputusan untuk tetap setia kepada Tuhan bukanlah satu-satunya keputusan yang dibuat seseorang dalam seluruh hidupnya. Namun demikian, ini adalah keputusan yang menjadi sumber inspirasi dalam semua keputusan-keputusan lain yang dibuatnya.
Perempuan Moab, Rut, diberi pilihan untuk kembali kepada bangsanya atau mengikuti mertuanya, Naomi, ke Israel. Dia memilih untuk percaya kepada Allah bangsa Israel dan menjadi bangsa Israel. Dia memilih untuk pergi ke Israel, menjaga Naomi (Rut 1:16). Ini adalah keputusan yang paling bijaksana.
Dia menyerahkan dirinya kepada adat dan kebiasaan bangsa Israel dalam hal menebus tanah pusaka. Dia juga bersedia merendahkan dirinya dan menelan harga dirinya untuk memungut jelai yang tercecer di ladang sehingga dia bisa menghidupi mertuanya dan dirinya. Rut adalah seorang perempuan baik-baik dan rela berkorban karena komitmennya pada keputusan pertamanya untuk hidup di tanah Israel bersama Naomi. Keputusannya untuk menjadikan Tuhan bangsa Israel sebagai Tuhannya dan bangsa Israel sebagai bangsanya adalah prinsip untuk keputusan berikutnya sepanjang hidupnya.
Akhirnya, Tuhan memberkati Rut dengan berkelimpahan. Dia menjadi nenek moyang dari Raja Daud dan Tuhan kita, Yesus (Mat. 1:5). Berkat demikianlah yang menanti seseorang yang benar-benar konsisten pada pilihan imannya.
Kita harus berbuat lebih baik dari Rut dalam hal komitmen dan semangat untuk berkorban. Jika kita mengerti apa tujuan–yang sesuai dengan kehendak Tuhan–yang harus kita kejar, maka akan lebih mudah bagi kita untuk membuat keputusan tentang karir, pelajaran, dan pernikahan yang konsisten dan berkenan di mata Tuhan.
Apakah Anda berada di persimpangan jalan, bertanya-tanya pada diri sendiri jalan mana yang harus Anda pilih? Pikirkan ke mana Anda mau mengarahkan hidup Anda dan di mana perhentian terakhir Anda yang paling dekat. Kemudian buatlah pilihan yang konsisten dengan tujuan tersebut! Akhirnya, mari kita membuat komitmen dengan Tuhan kita. Hendaknya kita terus-menerus bersandar kepada-Nya dalam kondisi apa pun, selalu percaya pada penyelamatan-Nya sepanjang hari, sepanjang hidup kita.