SAUH BAGI JIWA
“Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya…” (Amsal 12:23)
“Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya…” (Amsal 12:23)
Perasaan iri hati seharusnya tidak berkembang antar sesama jemaat dalam gereja. Sebab kecemburuan tidak mendatangkan sesuatu yang baik, bahkan akan mencelakakan baik diri sendiri maupun orang lain. Lalu, bagaimana caranya kita menghilangkan perasaan iri hati yang ada dalam hati kita?
Dalam kasih, tidak ada perasaan iri hati. Rasul Paulus dalam surat 1 Korintus menuliskan, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu” (1 Kor 13:4). Tidak ada iri hati, artinya, saat kita melihat orang lain secara fisik, kemampuan, kepandaian ataupun keberhasilan melebihi diri kita, maka kita dapat menerimanya dengan sukacita. Bagaikan orangtua yang melihat anaknya menjadi sukses, tentunya orangtua yang mengasihi anaknya tidak akan iri hati terhadap sang anak, bukankah demikian? Namun, ketika perasaan iri hati menguasai diri kita, tidak akan ada kasih dalam hati sehingga kita tidak akan merasakan sukacita ataupun menerima keberhasilan orang lain.
Musa adalah seorang yang memiliki hati dan pikiran terbuka, sehingga tidak ada perasaan iri hati pada dirinya. Kitab Bilangan 11 menceritakan tentang dua orang yang tidak disuruh Musa untuk berdiri di sekeliling kemah, tetapi Roh Tuhan turut hinggap pada mereka sehingga mereka kepenuhan seperti nabi (Bil 11:24-26). Hal tersebut ternyata mengejutkan Yosua, yang selama masa mudanya menjadi abdi Musa, sehingga ia menginginkan Musa untuk mencegah mereka. Maksudnya adalah melarang mereka untuk menjadi kepenuhan seperti nabi, sebab baginya, Musa-lah satu-satunya nabi Tuhan!
Bagaimanakah reaksi Musa? Justru Musa berbalik membalas Yosua seakan berkata, “Apakah engkau iri hati?” Musa kemudian menjelaskan Yosua bahwa Tuhan-lah yang memberikan Roh-Nya kepada mereka. Justru Musa sangat menginginkan, seandainya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, alangkah baiknya. Lebih banyak orang yang mau bekerja bagi Tuhan, bergiat bagi Tuhan, itu akan jauh lebih baik, lebih menyukakan hati; dibandingkan hanya seorang diri saja bekerja dan bergiat bagi Tuhan. Ketika perasaan iri hati mulai bertumbuh di hati, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kepada kita hati dan pikiran yang lebih terbuka agar kita dapat bersama-sama dengan umat-Nya menikmati kasih karunia-Nya.
Ketenaran seseorang bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Bagaikan ternak yang dimasukkan ke dalam ruang sembelih, ternak yang paling gemuk dan tambun pastinya tidak akan terlewatkan untuk disembelih. Jika seseorang berusaha untuk membuat dirinya semakin terkenal dan semakin menyombongkan dirinya, bukan saja akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri melainkan juga orang lain. Bukan saja karakter dan kepribadian orang tersebut berubah—menjadi sombong dan cenderung meremehkan, melainkan perbuatannya juga akan menyakiti serta merendahkan banyak orang di sekitarnya.
Sang penulis Amsal pernah berkata, “Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, tetapi hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan” (Ams 12:23). Seseorang yang bijak, tidak akan menyombongkan serta dengan sengaja menyiarkan kesuksesannya dan kepandaiannya; hal tersebut dengan maksud untuk mencegah timbulnya perasaan iri hati dari orang lain. Seseorang yang bijak tidak akan mementingkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan akan memperhatikan dan menjaga perilakunya, termasuk apa yang akan dikatakannya dan apa yang akan dilakukannya, demi kepentingan orang lain—sehingga tidak menimbulkan perasaan iri hati dari yang lain.