SAUH BAGI JIWA
“Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Korintus 3:3)
“Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Korintus 3:3)
Surat Kisah Para Rasul 7:9 mengatakan, “Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir…” Ayat ini merangkumkan bagaimana saudara-saudara Yusuf iri hati kepadanya. Apa yang menyebabkan perasaan iri hati tersebut? Dari kitab Kejadian 37 dapat kita simpulkan bahwa salah satunya adalah karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf dibandingkan dengan yang lain.
Sebenarnya Yusuf sama sekali tidak bersalah, perbuatan “pilih kasih” adalah dari ayahnya sendiri. Mereka menjadi benci dan iri hati kepada Yusuf karena mereka ingin mendapatkan kasih yang serupa dari ayah mereka.
Ketika Anda mempunyai anak pertama, maka segala kasih sayang akan diberikan kepada anak pertama itu. Setelah Anda memiliki anak kedua, maka segala kasih sayang dan perhatian akan diberikan lebih banyak kepada anak kedua. Maka, anak pertama umumnya akan cemburu kepada adiknya sendiri. Sebagai orangtua, hendaknya kita berhati-hati dan jangan sampai kita melakukan “pilih kasih.”
Bahkan saya pernah mendengar para orangtua sambil bercanda, bertanya kepada anak-anak kecil di sekitar mereka, “Apakah ayah atau ibumu lebih mengasihimu dibandingkan saudaramu yang lain?” Pertanyaan yang demikian sangat menjebak dan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Perbuatan sang ayah mengasihi Yusuf melebihi saudara-saudaranya yang lain justru menyebabkan perasaan benci dan iri hati. Kiranya peristiwa ini dapat menjadi peringatan bagi kita bahwa rasa iri hati dan kecemburuan antar anggota keluarga dapat terjadi jika kedua orangtua tidak berhati-hati di dalam memberikan perhatian dan kasih kepada anak-anaknya.
Perasaan iri hati juga pernah menyerang jemaat gereja Korintus. Itulah sebabnya dengan keras, rasul Paulus menegur mereka, “Jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Kor 3:3). Padahal jemaat di Korintus adalah jemaat yang memiliki banyak talenta serta berpendidikan. Mereka memiliki rupa-rupa karunia dan talenta, tetapi mereka justru saling membanding-bandingkan sehingga timbullah rasa iri hati satu dengan yang lain dan perselisihan.
Meskipun jemaat Korintus adalah bagian dari tubuh kristus, mereka sama sekali belum dewasa dalam Kristus. Rasul Paulus kembali menasehatkan, “Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan” (1 Kor 12:24-25).
Lihatlah kelima jari di telapak tangan kita. Bisakah jari jempol merasa iri hati kepada jari manis yang selalu menggunakan cincin? Atau, jika kita pergi berbelanja, dapatkah kaki berkata kepada tangan, “Mengapa tidak kamu saja yang berjalan, gantian saja karena saya sudah lelah?” jika ternyata tangan yang dipaksakan untuk berjalan, maka seluruh tubuh akan terlihat aneh sekali. Mengapa demikian? Sebab tangan sesungguhnya memiliki fungsi yang berbeda. Fungsi tangan bukanlah diciptakan untuk berjalan, lain halnya dengan kaki.
Oleh karena itu, Tuhanlah yang membuat dan memberikan fungsi serta kemampuan yang berbeda-beda kepada anggota tubuh. Sama halnya dalam pekerjaan pelayanan, hendaknya kita melakukan sesuai dengan talenta kita masing-masing tanpa harus merasa iri hati kepada yang lain.