SAUH BAGI JIWA
“Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.” (Amsal 14:29)
“Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.” (Amsal 14:29)
Jikalau kita sedang dipenuhi oleh amarah, bagaimana caranya agar kita dapat meredakan amarah tersebut? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
Tenangkan diri kita. Kitab Amsal menjelaskan bahwa hati yang tenang menyegarkan tubuh. Ketika seseorang kehilangan ketenangannya, maka mudah terpancing emosinya. Sebaliknya, seseorang yang dapat menenangkan diri, maka ia tidak mudah terpancing amarahnya.
Menenangkan diri dapat dilakukan dengan kerendahan hati. Jika kita penuh dengan kerendahan hati, lebih mudah bagi kita untuk menerima kritikan, sindiran bahkan ejekan sekalipun dengan ketenangan hati. Dalam perselisihan dan perbedaan pendapat, siapa yang pertama kali menenangkan dirinya, maka dialah yang dapat memulai untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Lakukan komunikasi secukupnya. Komunikasi yang baik dan cukup, dapat meredakan amarah. Permasalahan yang sulit, oleh karena komunikasi, dapat dipermudah dan disederhanakan. Sebaliknya, tanpa komunikasi atau justru memberi jawaban yang semakin memicu emosi, dapat memperkeruh permasalahan dan berakibat pada konflik yang berkepanjangan.
Dipenuhilah oleh Roh Kudus. Rasul Paulus dalam surat Galatia menekankan, jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Hidup dipimpin oleh Roh Kudus menghasilkan hidup dengan karakter buah Roh, yang salah satunya adalah damai sejahtera. Kedamaian dalam hati memberikan kita kekuatan untuk menghadapi segala sesuatunya dengan ketenangan hati. Jika hati kita dipimpin oleh Roh, maka emosi tidak mudah terpicu, amarah tidak mudah meluap dan lamban menjadi marah.
Bertahanlah dalam kasih. Seseorang yang dalam hidupnya bersandar pada kuasa doa, maka Tuhan akan menguatkannya untuk dapat melakukan kasih. Sepasang suami istri, selalu menyediakan waktu mereka untuk bersama-sama membaca Alkitab dan berdoa secara rutin. Mujizat-pun terjadi. Dalam kehidupan pernikahan mereka, jarang sekali timbul masalah rumah tangga ataupun pertengkaran. Ketika hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, Tuhan akan memimpin kita untuk menjadi orang yang lembut hatinya, dipenuhi oleh kasih Tuhan dan kemurahan-Nya.
Kejarlah hikmat rohani. Jika kita memahami bahwa sesungguhnya amarah tidak menghasilkan sesuatu yang baik, maka tidak seharusnya kita lakukan. Sang penulis Amsal memberitahukan bahwa orang yang panjang sabar memaafkan pelanggaran dan orang yang lambat marah, ia memiliki pengertian. Justru orang yang tidak mengejar hikmat rohani, yang lebih memilih untuk taat pada perbuatan daging amarah, disebut oleh sang penulis Amsal sebagai orang yang bodoh. Kiranya Tuhan Yesus memberikan kita kekuatan dan hikmat untuk berusaha meredakan amarah dalam diri kita.