SAUH BAGI JIWA
“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” (Yakobus 5:13)
“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” (Yakobus 5:13)
Menyanyi dan menggunakan musik merupakan perkakas rohani dalam kegiatan ibadah secara umum. Namun musik juga merupakan bagian penting dalam ibadah pribadi orang Kristen. Di antara kita banyak yang secara alami menyanyi kidung pujian saat bersukacita. Malah, penulis surat Yakobus mengajarkan kita agar senantiasa menyanyi setiap kali kita bersukacita.
Daud memahami ini dengan baik, seperti yang terlihat dalam banyak mazmur-mazmur yang ia tulis. Tetapi Daud juga menuliskan mazmur saat ia ada dalam kesusahan. “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mzm 42:5). Kapan saja Daud menyanyi, ia akan teringat akan pengharapan kekal yang ditemukan di dalam Tuhan. Karena itulah kesedihannya berubah menjadi pengharapan dan pujian yang diperbarui.
Kidung pujian dan musik juga dapat menolong kita untuk menyatakan syukur kepada Tuhan, pula pengakuan dan sukacita, sembari kita membaca Alkitab, berdoa, dan merenungkan hari-hari kita. Tambah lagi, syair kidung dapat menolong kita untuk mengingat firman Tuhan.
Selain kegunaan musik umumnya dalam ibadah pribadi kita kepada Tuhan, kita juga harus memikirkan pilihan musik kita sehubungan dengan iman kita. Ketika kita di gereja, biasanya kita menyanyi dari lagu Kidung Rohani. Namun di rumah, selain menikmati lagu-lagu kidung dan lagu-lagu rohani lainnya, kita mungkin juga mendengarkan musik di radio, mengunduh lagu dari internet, dan mengamati perkembangan musik populer terakhir.
Kadang-kadang kita malah lebih hafal dengan syair lagu-lagu duniawi ketimbang syair lagu kidung rohani. Namun syair lagu-lagu modern mengundang banyak pertanyaan. Tidak hanya tema lagu-lagunya patut dipertanyakan, syairnya kadang lebih parah. Kadang-kadang kita menyanyikannya tanpa menyadari apa yang sebenarnya kita ucapkan. Penulis surat Yakobus memperingatkan kita bahwa lidah sulit sekali dijinakkan. “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah” (Yak 3:9).
Hari ini, apakah kita mengumandangkan puji syukur dan memuliakan Tuhan dengan lagu-lagu kidung di gereja, tetapi mengucapkan sumpah serapah dan syair-syair yang tidak patut di rumah? Tentu saja tidak semua syair lagu populer mengandung hal-hal yang tidak baik. Namun tidak sedikit lagu-lagu pop, rock & roll, hip-hop yang memasarkan kekerasan, imoralitas seksual, penyalahgunaan obat-obat terlarang, praktik-praktik nujum, bahkan slogan-slogan anti Kristen. Seringkali syair lagu populer bukanlah hal terpenting ketimbang rasa “senang” yang ditimbulkan dari lagu itu.
Kita menyukai ritme dan dentumannya, tetapi seringkali kita tidak menyadari bahwa lagu-lagu itu membawa pesan-pesan yang penuh muslihat, yang semakin lama terpateri semakin dalam di hati kita setiap kali kita mendengarkannya.
Contohnya adalah seperti lagu yang populer di tahun 1970-an oleh John Lennon yang berjudul “Imagine”. Nada lagu dan harapan yang dinyatakan dalam lagu ini sangat indah, mengajak orang-orang yang mendengarnya untuk “berandai-andai” akan suatu dunia yang lebih baik. Namun apabila kita mencermati bagaimana lagu itu dimulai…
Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky…
Dalam lagu ini, John Lennon melukiskan gambar kehidupan yang tidak realistis bagi para pendengarnya. Ia mengandaikan dunia tanpa surga, tanpa neraka dan tanpa Tuhan. Ia melihat dunia tanpa bangsa-bangsa, perbatasan dan tanpa perang. Walaupun mimpi yang demikian tampak agung bagi banyak orang, tetapi impiannya mengajak orang untuk meninggalkan Tuhan dan dunia-Nya. Apabila kita sering menyanyikan atau mendengarkan lagu seperti ini, hati kita akan menjadi serong.
Karena itulah, kita harus berhati-hati dengan pilihan lagu kita. Karena apa pun yang secara rutin kita dengar dapat tinggal di dalam hati kita, dan tidak menyisakan ruang bagi firman Tuhan.