SAUH BAGI JIWA
“Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: “Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” (2 Tawarikh 5:13-14)
“Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: “Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” (2 Tawarikh 5:13-14)
Apabila kita mengamati ibadah Perjanjian Lama, kita menemukan bahwa paduan suara dan pemusik memegang peranan yang sangat penting dalam seluruh ibadah bangsa Israel kepada Tuhan.
Contohnya, raja Daud menunjuk para penyanyi penuh waktu untuk melayani di Kemah Suci dari antara orang-orang Lewi untuk menyanyi bagi Tuhan siang dan malam. Saat Tabut Perjanjian dibawa ke Kemah Suci yang telah dibangun Daud, ia menunjuk 4000 orang Lewi untuk melayani di hadapan Tabut Tuhan, untuk merayakan, bersyukur, dan memuji Tuhan (1Taw 23:1-6).
Kemudian, ketika Tabut Perjanjian akhirnya dibawa ke dalam Bait Allah, para peniup sangkakala dan penyanyi memperdengarkan suara mereka dalam satu suara untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
2 Tawarikh 29:27-28 mencatat bahwa raja Hizkia memerintahkan persembahkan korban bakaran. Ketika seluruh jemaat beribadah, para penyanyi bernyanyi dan sangkakala ditiupkan sampai korban bakaran terbakar habis.
Sejak masa raja Daud, penyanyi dan pemusik merupakan bagian dalam ibadah bangsa Israel, bahkan pada ibadah penyucian. Mereka menyanyikan puji-pujian dan kidung syukuran (Neh 12:45-46).
Semua contoh ini menunjukkan satu hal: pemusik khusus yang terlatih dan penyanyi adalah bagian penting dalam ibadah kepada Tuhan. Mereka melayani acara-acara khusus, seperti peresmian Bait Allah, dan persembahan korban bakaran. Mereka juga melayani Tuhan setiap hari, mengajarkan bangsa Israel bagaimana memuji Tuhan dan memimpin mereka untuk memuji-Nya dalam satu hati.
Seperti mereka, hari ini kita dapat menggunakan talenta musik kita untuk melayani di gereja, dan terlibat dalam acara-acara khusus, seperti Kebaktian Kebangunan Rohani atau penginjilan. Anggota paduan suara perlu menyadari peran mereka dalam peperangan rohani, dan menguduskan diri mereka untuk itu.
Begitu juga, apabila kita memimpin jemaat untuk memuji Tuhan dalam ibadah sehari-hari, kita harus memelihara rohani kita, agar kita dapat melayani Tuhan sebagai perabot yang layak dan menjadi teladan.