SAUH BAGI JIWA
“Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong…” (1 Korintus 8:1)
“Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong…” (1 Korintus 8:1)
Saat Tuhan Yesus datang ke bumi, Ia telah mengosongkan diri-Nya dan tidak sombong. Tuhan Yesus, yang adalah Allah sendiri, dalam keadaan sebagai manusia tidak membuat diri-Nya sama seperti Allah. Ia merendahkan diri-Nya menjadi seorang hamba. Oleh sebab itu, rasul Paulus menasehatkan, “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Fil 2:3). Jika seseorang justru memiliki perasaan lebih utama, menganggap dirinya lebih penting daripada yang lain, membedakan diri dari yang lain, merasa memiliki kemuliaan yang lebih tinggi dibanding orang lain serta merendahkan yang lain—inilah dosa kesombongan. Hal tersebut tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Rasul Paulus memperingatkan kepada kita bahwa pengetahuan dapat membuat diri kita menjadi sombong. Banyak orang yang memiliki pengetahuan rohani yang tinggi, tentang bagaimana menafsirkan ayat Alkitab ataupun pengetahuan tentang doktrin dan dasar kepercayaan. Merasa dirinya sudah mengetahui tentang banyak hal. Namun, seperti yang ditekankan oleh rasul Paulus, pengetahuan tidaklah sama dengan praktek kehidupan dan praktek melakukan kasih. Contohnya, memiliki pengetahuan tentang kerendahan hati tidaklah sama dengan kerendahan hati itu sendiri.
Pengetahuan hanyalah sebuah konsep pemikiran. Mengapa hal tersebut dapat membuat diri kita menjadi sombong? Oleh karena kesalah-pahaman, menyamakan pengetahuan dengan perbuatan, kehidupan dan iman. Padahal, seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kasih belum tentu dapat menjalankan kasih itu sendiri dalam kehidupan sehari-harinya.
Suatu kali, seorang ayah berkata kepada Yesus, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Jikalau kita menganalisa kalimat tersebut sejenak, sesungguhnya perkataan sang ayah saling bertentangan. Dalam pikirannya, ia tahu bahwa Tuhan Yesus mampu melakukan mujizat. Tetapi pada kenyataannya, sang ayah merasa sulit untuk mempercayainya. Bukankah terkadang kita pernah merasakan hal yang serupa?
Itulah sebabnya mengapa memiliki pengetahuan dan melakukan pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan kita sehari-hari adalah dua hal yang berbeda. Rendah hati artinya meskipun kita memiliki pengetahuan namun kita tidak dapat melakukan segala sesuatunya seorang diri. Rendah hati artinya meskipun kita mempunyai pengetahuan tetapi sesungguhnya masih banyak hal lain yang kita belum tahu. Boleh saja kita memahami tentang kasih seperti yang tertulis dalam surat 1 Korintus 13, namun dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita sudah melakukannya? Perasaan lebih utama atau lebih unggul dari yang lain, inilah awal mula kesombongan.
Jika ada seorang mengatakan bahwa ia mengetahui segala-galanya, itu berarti ia sungguh tidak tahu apa-apa. Ambil contoh, mampukah seseorang membaca habis seluruh buku pengetahuan dalam sebuah perpustakaan yang terlengkap? Jika mampu, berapa lama waktu yang ia butuhkan? Lima-puluh tahun? Seumur hidup? Sampai akhir hidupnya-pun masih akan sangat banyak buku yang belum dibaca dan diketahui. Masihkah ia berkata, “Aku tahu segala-galanya?”
Apakah Anda seseorang yang memiliki pengetahuan rohani? Kalau begitu terapkanlah pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita merasa berpengetahuan rohani tinggi namun belum dapat menerapkannya ke dalam kehidupan kita, sesungguhnya kita sudah jatuh ke dalam dosa kesombongan.