SAUH BAGI JIWA
“Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yakobus 1:15)
“Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yakobus 1:15)
Surat Yakobus menuliskan dengan tegas kepada kita bahwa dosa melahirkan maut. Tentang dosa, Rasul Paulus pernah menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat Roma, “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (Rom 5:12). Awal mula dosa masuk ke dalam dunia adalah ketika manusia lebih memilih untuk memuaskan keinginan dagingnya dibandingkan dengan menaati perintah Tuhan.
Firman Tuhan dengan jelas menekankan, bukan hanya dosa masuk ke dalam dunia, maut juga turut masuk oleh karena dosa. Dan maut itu menjalar kepada semua orang, termasuk kita pada hari ini.
Pertama, oleh karena dosa, hubungan manusia dengan Tuhan menjadi rusak. Tuhan Allah adalah sumber kehidupan kita. Rusaknya hubungan kita dengan Tuhan berakibat fatal bagi kehidupan rohani kita—yaitu maut. Bayangkan, di suatu hari yang panas dan terik, tiba-tiba aliran listrik terputus. Lampu penerangan padam dan mesin pendingin ruangan-pun tidak nyala. Bukankah ini suatu malapetaka? Jika hubungan kita dengan Tuhan terputus, ini adalah sebuah malapetaka bagi diri kita.
Kedua, oleh karena dosa, hubungan manusia dengan manusia menjadi rusak. Oleh karena godaan dosa, akhirnya Kain membunuh Habel, adik kandungnya sendiri. Janganlah kita menganggap enteng godaan dosa. Pada hari ini, oleh karena dosa, hubungan sesama jemaat dalam gereja bisa menjadi rusak.
Kehidupan bergereja tidak berarti kita hanya memusatkan hubungan kita sendiri dengan Tuhan, mengabaikan hubungan dengan sesama. Tidaklah demikian. Sesungguhnya, jika kita mempunyai hubungan yang tidak baik dengan orang lain, kita sudah berdosa. Penulis surat Ibrani menasehatkan kita untuk berusaha hidup damai dengan semua orang. Dan dalam surat Yakobus, ada tertulis, “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17). Maka, jika kita tidak dapat hidup damai dengan orang lain, apalagi dengan sesama saudara/i seiman, kita sudah berdosa di hadapan Tuhan.
Hubungan antar sesama manusia sebenarnya memiliki kaitan yang erat pada hubungan kita dengan Tuhan. Jikalau dalam gereja, tidak ada keharmonisan antara satu dengan yang lain, kita sudah berdosa.
Apakah yang harus kita lakukan terhadap dosa? Singkirkanlah! Mari kita ambil sebuah contoh: Tahukah Anda betapa dahsyatnya pengaruh dari rayap? Tiga ekor rayap yang berkeliaran dalam sebuah ruangan, kelihatannya hanya permasalahan yang sepele dan tidak merisaukan. Namun, jika didiamkan beberapa lama waktunya sampai mereka berkembang-biak dalam jumlah banyak, akhirnya seluruh ruang dalam rumah dirayapi. Ini namanya malapetaka. Jangan hanya kita melihat tampak luar rumah yang bagus dan megah, tetapi kerangka di dalamnya justru sudah rapuh akibat rayap.
Demikian pula halnya dengan dosa; secara tampak luar boleh jadi kita aktif berkebaktian, melayani, bahkan berdoa dengan berbahasa roh. Tetapi bagaimana dengan isi hati dan pikiran kita? Jangan-jangan sudah “dirayapi” oleh godaan dosa dan kita masih belum juga menyadarinya. Ingatlah bahwa dosa akan menjadi penghalang bagi hubungan kita dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Dosa akan membawa kita kepada maut.