SAUH BAGI JIWA
Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan. (2 Tawarikh 34:3)
Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan. (2 Tawarikh 34:3)
Saat Yosia masih kecil, ia mulai mencari Allah yang benar. Dalam kitab Zefanya, kita melihat bahwa Yosia bisa saja menjadi satu-satunya orang yang mencari Tuhan di Israel pada masanya. Zefanya 1:1 menyatakan bahwa ini terjadi pada zaman Yosia. Ayat 4 menyatakan bahwa penghakiman akan datang atas Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, kepada mereka yang tidak mencari Tuhan atau tidak meminta kepada-Nya. Yosia dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mencari Tuhan, serta memiliki ayah yang mengikuti allah lain. Yosia mengetahui hal ini.
Ketika kitab Taurat ditemukan, Yosia mengakui bahwa nenek moyangnya tidak menuruti apa yang tertulis di dalamnya (2Taw 34:21). Rencana keselamatan Allah tidak tergantung pada silsilah atau lingkungan, tetapi Dia memilih siapa yang diselamatkan sesuai kehendak-Nya (Rm 9:21). Tidak peduli seberapa kecil kemungkinan Yosia menemukan Tuhan, kehidupan rohani Yosia dibangkitkan karena Tuhan menggerakkan hati Yosia untuk mencari Dia.
Yesaya menyamakan orang yang mencari Tuhan dengan orang yang mengejar kebenaran (Yes 51:1). Kita seharusnya bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang telah saya kejar, atau siapa sesungguhnya yang saya cari?”
Sebagai seorang anak muda yang baru saja kehilangan ayahnya dan mewarisi takhta, Yosia mulai mencari Tuhan sejak awal pemerintahannya. Tidak ada orangtua yang mendorongnya untuk menjalani kehidupan yang saleh. Dia mungkin satu-satunya yang mencari Tuhan pada waktu itu. Yosia mengetahui bahwa bencana pasti akan menimpa Yehuda karena dosa nenek moyangnya (1Taw 34:27). Walaupun ia menjadi raja yang memegang kedudukan tertinggi dan hanya tunduk kepada Tuhan, Yosia mengoyakkan pakaiannya, merendahkan dirinya dan menangis karena ia percaya bahwa firman Tuhan itu benar.
Iman Yosia yang murni dan polos ini adalah contoh yang harus kita tiru. Hubungan yang murni antara Allah dan manusia ini mendorong Yosia untuk mencari Tuhan. Dalam hidup kita saat ini, mungkin ada jemaat yang datang ke gereja dengan mobil mewah, tetapi juga ada yang datang dengan berjalan kaki. Namun, hal yang terpenting adalah hati kita harus tetap murni dalam mencari Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kita mungkin memiliki kemuliaan dan kedudukan terhormat di antara manusia, tetapi hati kita haruslah seperti anak kecil yang dengan rendah hati mencari kerajaan Allah. Kita perlu belajar dari Yosia yang menyadari bahwa ia harus mencari Tuhan, Allah Daud.
Apakah yang sedang kita cari saat ini? Kita mencari roti abadi yang datang dari surga. Roti ini bukan roti yang dimakan manusia umumnya, di mana mereka tetap mati setelah makan (Yoh 6:48-51). Jika kita menyembah Tuhan, tetapi masih mengejar perkara-perkara duniawi, kita tidak akan gigih dalam iman kita.
Kita harus memeriksa diri sendiri untuk melihat apakah kita memiliki iman seperti anak kecil yang serupa dengan Yosia. Kita bertanya kepada diri sendiri: Mengapa saya datang ke gereja setiap hari Sabat? Bagaimanakah semangat saya dalam melayani Tuhan? Jika kita sungguh-sungguh memahami apa yang kita kejar dan pengharapan hidup kekal yang menantikan kita, kita pasti akan berbuat seperti Yosia. Kita harus teguh dalam iman dan siap bekerja bagi Tuhan, merendahkan diri, membersihkan diri dari kenajisan dan mempersembahkan segenap hati kita kepada Tuhan.