SAUH BAGI JIWA
Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia. ()
Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia. ()
Sebelum pemerintahan Yosia dimulai, bangsa Israel mengalami tekanan rohani yang berat akibat pemimpin pendahulunya, yaitu Manasye dan Amon. Mereka meninggalkan Tuhan dan sengaja berbuat dosa (2Raj 24:3).
Berbeda dengan pendahulunya, Yosia mengembalikan iman bangsa Israel. Berusia tujuh tahun saat menjadi raja, Yosia adalah raja termuda kedua setelah Yoas. Dengan beban berat di pundaknya, Yosia bisa saja melanjutkan tradisi nenek moyangnya dan mempertahankan tempat-tempat yang keji yang didirikan oleh para pendahulunya. Tetapi, dia tidak melakukan hal ini. Dia mulai mencari Tuhan dan menaati perintah-perintah-Nya, bahkan melakukan banyak pekerjaan untuk pemulihan rohani bangsa Israel. Tuhan membantu Yosia mengatasi tantangan itu dengan membimbingnya menemukan kitab hukum (2Taw 34:8-28).
Iman Yosia kepada Tuhan diakui oleh semua orang Yehuda, tua-tua dan penduduk Yerusalem. Terlepas dari latar belakang dan silsilah yang tidak saleh serta lingkungan kafir tempat dia tinggal dan dibesarkan, nubuat abdi Allah digenapi ketika Yosia menyingkirkan tempat-tempat tinggi (2Raj 23:13). Bukan hanya itu, tetapi dia juga menyingkirkan semua dewa atau berhala lain, tempat pemujaan kafir dan semua pendeta penyembah berhala. Yosia melakukan semua perkataan hukum Allah. Bahkan, penulis kitab Raja-Raja menyebutkan bahwa tidak ada raja, sebelum atau sesudah dia, yang menandingi semangatnya untuk Tuhan (2Raj 23:25). Ini mengajarkan kepada kita bahwa iman bukan ditentukan oleh kebaikan atau kejahatan orangtua.
Seringkali, setiap keputusan yang kita ambil sepertinya tergantung kepada diri kita sendiri. Seperti keputusan Yosia untuk mencari Tuhan seperti pendahulunya, Daud, mungkin terdengar berdasarkan inisiatifnya sendiri. Namun, dari perkataan Tuhan Yesus, kita mengetahui bahwa Dialah yang memilih kita (Yoh 15:16). Jadi, Tuhanlah yang memilih Yosia. Pada akhir pemerintahan Yosia, ibadah sejati telah dipulihkan. Akhir yang mulia ini adalah berkat Tuhan dan keputusan mereka untuk mengikuti panggilan Tuhan. Semua itu dapat dilakukan melalui tekad Yosia untuk mencari Tuhan dan melakukan pekerjaan-Nya.
Dari kisah Yosia kita belajar bahwa kepercayaan atau keyakinan kita tidak selalu diwariskan oleh nenek moyang kita. Kita memiliki kebebasan untuk memilih keyakinan kita sendiri kepada Tuhan tanpa melihat latar belakang, suku bangsa, adat istiadat keluarga atau alasan lainnya. Hal yang harus kita lakukan adalah menanggapi panggilan Tuhan dan melakukan pekerjaan-Nya seperti yang dilakukan oleh Yosia.
Akan selalu ada tantangan untuk melakukan setiap perubahan, apalagi meninggalkan kepercayaan yang lama untuk mengikut Tuhan. Sama seperti lebih mudah menghancurkan daripada membangun. Tekanan dari keluarga, lingkungan, atau bahkan kecerdasan kita dapat menjadi tantangan berat yang harus kita lewati untuk dapat menjadi pengikut Tuhan. Tetapi seperti yang dikatakan Paulus, “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.” (Kis 14:22).
Mari kita belajar dari Yosia. Dia berbalik kepada Tuhan dan tidak malu menyatakan imannya kepada Tuhan, walaupun pendahulunya tidak memiliki iman demikian. Dengan bimbingan Tuhan, anak dari ayah yang jahat dapat tumbuh menjadi pemimpin yang saleh. Marilah kita semakin bersemangat untuk Tuhan dan mengambil keputusan berani untuk memilih Dia sebagai Juruselamat kita.