SAUH BAGI JIWA
TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. (Zefanya 3:15)
TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. (Zefanya 3:15)
Bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan. Jika kita melihat bagaimana mereka tumbuh menjadi suatu bangsa, perjalanannya dimulai dari perjanjian Allah dengan Abraham, dua belas anak Yakub, keluar dari Mesir dan mendiami Kanaan. Melalui perjalanan waktu, Israel menjadi bangsa yang kuat karena Tuhan memimpin mereka. Semua bangsa takut ketika melihat bahwa Tuhan yang berperang untuk Israel dan memberikan tanah yang sangat baik bagi umat pilihan-Nya. Semua berkat yang diterima bangsa Israel adalah karena mereka memiliki Allah yang perkasa dan hidup sebagai raja mereka (Zef 3:15).
Memiliki Tuhan sebagai raja adalah berkat yang luar biasa. Jika bangsa Israel tetap setia kepada-Nya, mereka akan tinggal dalam damai dan kebenaran. Tuhan tidak akan menyerahkan mereka ke tangan orang Babel. Tetapi, Tuhan juga adalah Bapa bagi Israel sehingga Ia mendisiplinkan mereka. Hosea 11 menggambarkan bagaimana Tuhan mengajari mereka berjalan, menarik mereka dengan tali yang lembut dan mengasihi serta menyembuhkan mereka.
Merasakan kasih Tuhan yang besar itu, bagaimana mungkin bangsa Israel melupakan Bapa dan Raja mereka yang sesungguhnya? Mereka menolak Tuhan Yang Mahakuasa untuk memerintah atas mereka dan bersukacita ketika Tuhan mengangkat Saul untuk memerintah atas mereka. Mereka bangga memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain (1Sam 10:19, 24). Bahkan, bertahun-tahun kemudian, mereka menyalibkan Raja mereka dan mengejek Dia (Mat 27:37). Mereka juga mengabaikan kenyataan bahwa Bapa mereka yang pengasih adalah Raja di atas segala raja.
Meskipun iman bangsa Israel tidak dapat diandalkan, Tuhan tidak pernah benar-benar meninggalkan Israel. Apalagi ketika ada raja yang takut kepada TUHAN dan berjalan bersama-Nya. Seperti Raja Asa, ketika menghadapi orang Etiopia, dia mengakui bahwa TUHAN adalah Allah Israel. Dia menaruh imannya kepada Allah, dan Tuhan membebaskan dia dan bangsanya. Sebelum bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, Tuhan memberikan mereka petunjuk mengenai raja mereka. Diberitahukan bahwa raja harus membaca firman Tuhan seumur hidupnya dan belajar takut kepada TUHAN (Ul 17:14-20). Artinya, pemimpin harus berjalan di sisi Tuhan, tidak meninggalkan Tuhan dan belajar memperlakukan Tuhan sebagai kepala. Hal yang sama harus berlaku pada hari ini. Jika TUHAN tidak menjadi kepala gereja, apakah gereja dapat tetap menikmati hadirat-Nya?
Setiap raja memiliki pilihan tentang bagaimana mereka ingin memerintah negara. Mereka dapat memilih untuk memiliki posisi tertinggi di seluruh kerajaan. Beberapa raja seperti Manasye memiliki posisi ini karena ia memilih untuk melawan perintah Tuhan (2Raj 21:2). Raja-raja lain, misalnya Daud, memberikan posisi tertinggi kepada Raja yang benar, dan menyerahkan rohnya ke dalam tangan Tuhan. Dia mengakui Tuhan sebagai Rajanya (Mzm 31:5; 44:4). Baik Manasye dan Daud memerintah atas bangsa yang sama, tetapi mereka mengambil pilihan yang berbeda.
Menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja akan membantu kita memahami kehendak-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Tetapi hal yang terpenting adalah menjalani kehidupan untuk melayani Dia. Tuhan akan datang suatu hari nanti pada saat yang tidak kita ketahui (Luk 12:36-37). Yesus memerintahkan kita untuk waspada. Dia juga mengingatkan bahwa kita adalah hamba-Nya dan kita harus bertekun dalam iman kita sampai Dia datang. Marilah kita mengakui TUHAN sebagai Raja kita dan menjalani hidup sebagai hamba-Nya yang setia.