SAUH BAGI JIWA
Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel. Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya. (2 Tawarikh 33:11-12)
Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel. Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya. (2 Tawarikh 33:11-12)
Manasye adalah raja yang paling jahat di antara raja-raja Yehuda lainnya. Dia merupakan putra Raja Hizkia yang meminta perpanjangan umur selama 15 tahun. Dalam perpanjangan selama 15 tahun itu, Hizkia tidak menjadi takut kepada Tuhan sehingga Manasye, anaknya, pada saat berumur 12 tahun menjadi raja, melakukan perbuatan jahat. Ini salah satu alasan mengapa Manasye itu menjadi raja yang jahat.
Alasan lainnya adalah karena Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan, membangun mezbah Baal seperti yang dilakukan Raja Ahab dan mendirikan mezbah-mezbah itu di rumah Tuhan. Padahal, Tuhan telah berfirman, “Di Yerusalem Aku akan menaruh nama-Ku.” Bahkan, Manasye mempersembahkan anaknya sendiri sebagai korban bakaran dan menaruh berhala di rumah Tuhan. Semua kejahatan ini dilakukannya di wilayah Yehuda. Manasye juga banyak mencurahkan darah orang tidak bersalah sehingga dia menjadi orang yang sangat jahat di mata Tuhan.
Akhirnya, Manasye bertobat. Dalam 2 Tawarikh 33:10-13 disebutkan, “Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel. Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah.” Sebelum bertobat, Manasye ditangkap dan dibawa ke Babel. Ia bertobat dan berdoa kepada Tuhan. Tuhan lalu membawanya kembali ke Yerusalem dan ia menjadi raja kembali.
Saat ia kembali ke kota Daud, dituliskan bahwa Manasye melakukan beberapa hal: “Ia mendirikan tembok luar pada kota Daud, di sebelah Barat Gihon, di lembah, sampai dekat Pintu Gerbang Ikan, mengelilingi Ofel. Tembok itu dibuatnya sangat tinggi. Ia menempatkan juga panglima-panglima perang di tiap kota kubu di Yehuda.” (2Taw 33:14). “Ia menjauhkan allah-allah asing dan berhala dari rumah TUHAN, juga segala mezbah yang didirikannya di atas gunung rumah TUHAN dan di Yerusalem, dan membuangnya ke luar kota. Ia menegakkan kembali mezbah TUHAN, mempersembahkan korban keselamatan dan korban syukur di atasnya, menyerukan kepada Yehuda untuk beribadah kepada TUHAN, Allah Israel.” (2Taw 33:15-16)
Walaupun Manasye adalah raja yang jahat, setelah ditangkap dan dibuang ke Babel, ia menyadari bahwa ia harus bertobat dan kembali kepada Allah. Karena itu, Allah mengizinkannya untuk kembali ke Yerusalem. Ia pun bertobat atas semua kesalahannya di masa lalu.
Dari masa 55 tahun Manasye menjadi raja, kita bisa menyadari bahwa kita telah menerima anugerah Tuhan, terutama saat menerima baptisan. Dengan baptisan ini, kita mempunyai ikatan dengan Tuhan. Tetapi, jika kita memutuskan ikatan ini dengan berbuat dosa, ikatan ini menjadi tidak bermakna dan kita kehilangan hidup kekal. Meskipun tidak sempurna dan kerap kali melakukan dosa, kita harus belajar untuk cepat-cepat bertobat dan jangan menyalibkan Tuhan untuk kedua kalinya. Kita harus terus berjuang dan mengaku dosa-dosa kita di hadapan Tuhan.