SAUH BAGI JIWA
Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Jawab abdi Allah: “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” (2 Raja-Raja 7:1-2)
Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Jawab abdi Allah: “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” (2 Raja-Raja 7:1-2)
Ketika kita berada dalam suatu kondisi yang sulit dan rasanya tidak mampu kita lewati, seringkali kita kehilangan harapan untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Mungkin kita juga akan meragukan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Ini sama seperti yang dialami oleh Raja Israel dan juga perwiranya pada zaman Nabi Elisa.
Suatu ketika, Elisa sedang duduk-duduk dengan para tua-tua di rumahnya untuk menyampaikan firman Tuhan tentang kabar baik karena keselamatan dari Tuhan akan datang. Elisa menjelaskan bahwa besok mereka dapat memperoleh banyak makanan di pintu gerbang kota. Saat itu perwira raja ikut mendengar perkataan Elisa. Tetapi, dia tidak percaya dengan perkataan Elisa dan berkata, “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” (2Raj 7:1-2). Dari perkataannya ini, kita dapat melihat bahwa dia benar-benar kehilangan imannya.
Sama halnya dengan sang perwira, raja juga tidak percaya. Bahkan, sebelumnya raja itu juga berpikir untuk membunuh Elisa (2Raj 6:31-33). Mungkin kita bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak percaya? Mengapa raja ingin membunuh Elisa? Apa hubungan antara mereka yang kehilangan harapan dan Elisa?
Ternyata, pada saat itu terjadi kelaparan hebat di kota Samaria yang disebabkan oleh pengepungan kota dari raja Aram. Kelaparan hebat itu sampai membuat mereka membunuh anak dan memakan dagingnya. Karena itu, raja mengoyakkan pakaiannya dan menggunakan kain kabung. Raja menyadari bahwa itu adalah hukuman Tuhan (2Raj 6:31a).
Jika kita melihat ke belakang, dalam kitab Ulangan 28 disampaikan juga tentang kutuk yang akan terjadi di masa depan. Hal itu tentang bagaimana penderitaan yang begitu besar membuat mereka membunuh dan memakan anaknya sendiri. Namun, mereka tidak percaya. Firman Tuhan berkata bahwa jika umat-Nya melawan Dia maka kutuk itu akan menimpa karena setiap dosa ada konsekuensinya.
Saat pengepungan itu, raja berpikir kalau musuh tidak akan bertahan lama karena pasti persediaan makanan mereka jauh lebih sedikit daripada yang dimilikinya. Ia berpikir bahwa dia berpeluang menang. Namun, kejadian ini tidak sesuai dengan rencana raja. Justru mereka yang mengalami kelaparan dan tidak dapat keluar meminta pertolongan. Saat seperti itu, apakah gunanya uang? Hal yang dapat dilakukan hanyalah mengakui segala dosa dan bertobat.
Mereka sabar menanti pertolongan Tuhan. Namun, kesabaran manusia seringkali terbatas. Mereka jatuh pada titik keputusasaan dan hanya menunggu untuk mati. Saat itu, raja menjadi marah dan kehilangan harapan (2Raj 6:31, 33). Saat seseorang kehilangan iman, dia tidak punya harapan lagi. Pada tahap ini, orang hampir pasti akan berbuat dosa. Ini keadaan yang sangat berbahaya. Raja tidak cukup sabar dan memegang imannya sampai akhir. Padahal, jika ia bertahan sampai akhir, meskipun harus mati, ia akan mati di dalam Tuhan karena tidak kehilangan imannya.
Keselamatan Tuhan telah tiba dan kita harus tetap beriman. Iman ini harus melalui ujian dan bertahan sampai akhir. Jangan sampai kita kehilangan iman di dalam Tuhan. Kita boleh kehilangan segalanya, bahkan nyawa, asal jangan kehilangan iman dan pengharapan kita kepada Tuhan. Ini adalah sesuatu yang harus kita pikirkan dan persiapkan. Jangan sampai kita seperti raja dan perwiranya yang kehilangan iman dan pengharapan pada keselamatan dari Tuhan. Marilah kita tetap beriman teguh sampai kita menyelesaikan garis akhir.