SAUH BAGI JIWA
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (2 Timotius 4:16)
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (2 Timotius 4:16)
Kita perlu mengawasi diri dan ajaran kita karena hal ini menyangkut keselamatan diri kita sendiri dan orang lain yang mendengar serta mengikuti teladan kita. Setiap orang bisa berubah, tidak terkecuali orang yang telah memiliki pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. Iman dan kesetiaan Raja Yoas kepada Tuhan berubah seiring berjalannya waktu. Bagaikan pelari yang sedang berlari, tetapi pada akhirnya tidak berhasil mencapai garis akhir.
Ketika Imam Yoyada masih hidup dan mendidik Yoas, ia hidup benar di mata Tuhan. Namun, setelah Imam Yoyada meninggal, Yoas berubah dan tidak lagi memiliki kebenaran di dalam dirinya. Artinya, iman Yoas tidak mandiri dan tergantung kepada Imam Yoyada, bukan kepada Tuhan.
Apakah iman kita masih bergantung kepada teman, pasangan, orangtua atau pergaulan yang menyenangkan? Bagaimana jika mereka tidak ada lagi atau terjadi perseteruan antara kita dan mereka? Kita harus memiliki iman yang mandiri. Untuk memiliki iman yang mandiri, kita harus memiliki pengenalan yang mendalam tentang Kristus dan menyelidiki firman Tuhan lebih dalam (Ef 4:13-14).
Ketika Imam Yoyada meninggal, pemimpin-pemimpin Yehuda mendekati Raja Yoas dan memengaruhinya. Mereka memengaruhi Yoas untuk meninggalkan rumah Tuhan dan beribadah kepada berhala. Yoas tidak mengawasi dirinya dan ajarannya sehingga rakyat pun terkena dampaknya. Seperti yang tertulis dalam Alkitab, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1Kor 15:33).
Hati Yoas menjadi gelap karena tidak ada hukum Allah di dalam hatinya. Ia lebih fokus bergaul dengan pemimpin-pemimpin Yehuda. Dia tidak mengindahkan nasihat nabi-nabi Tuhan, bahkan membunuh anak dari orang yang sangat berjasa dalam hidupnya (2Taw 24:19-21). Kalimat yang tepat untuk menggambarkan Raja Yoas adalah kacang lupa kulitnya. Dia lupa siapa yang menyelamatkan dia, yang mengajarkan hukum Allah, yang membuatnya menjadi raja dan yang menunjukkan segala kebaikan kepadanya.
Sebagai seorang manusia, kita dapat menjadi lupa diri. Hal yang dapat membuat manusia lupa diri adalah kesombongan. Ketika kita berada pada posisi puncak dan menganggap bahwa segala keberhasilan yang diperoleh semata-mata karena jerih lelah dan kekuatan kita sendiri, kita menjadi tinggi hati. Untuk menghindari semuanya itu, kita harus berusaha memelihara sikap rendah hati dalam diri kita (Mzm 149:4).
Marilah kita bertekun dalam kebenaran firman Tuhan dan memelihara iman supaya kita dan orang yang mendengar kita menjadi selamat. Hendaklah kita menjadi seorang pelari yang mampu menyelesaikan garis akhir.