SAUH BAGI JIWA
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15)
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15)
Di kitab 2 Raja-Raja 5:2-3 ada seorang pekerja yang tidak malu berterus terang memberitakan kebenaran. Dia adalah seorang pelayan istri Naaman yang ditawan dari negeri Israel.
Sesungguhnya, status sebagai pelayan ini pun melekat pada diri kita (Yak 1:1). Di masa pandemi ini, sebagai pelayan Tuhan, kita seakan-akan sedang ditawan dan hanya bisa menghabiskan sebagian besar waktu kita di rumah. Status ini harus tetap kita jalankan dengan baik dan bertanggung jawab. Walaupun kita ditawan dan merasa tidak nyaman berada dalam kondisi ini, kita perlu berjuang untuk menjadi pelayan Kristus yang baik.
Mari kita kembali membaca 2 Raja-Raja 5:2-3. Di balik statusnya sebagai pelayan, ternyata pekerja ini adalah seorang anak perempuan. Sebagai orang yang lebih muda, seringkali perkataannya tidak didengar oleh orang lain. Orang umumnya akan mendengarkan pengkhotbah yang lebih tua walaupun isi dan sumber khotbahnya sama. Ternyata, walaupun pelayan ini adalah seorang anak perempuan, perkataannya didengar oleh tuannya.
Seperti apa yang dikatakan Paulus kepada Titus, sangat penting bagi orangtua untuk mendidik anaknya dengan baik (Tit 2:6-8). Jika kita memiliki anak-anak yang baik, mereka akan menjadi penghiburan bagi kita (Kej 5:29). Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mendidik anak kita. Peran orangtua di rumah sangat penting jika dibandingkan dengan guru di sekolah dan di gereja.
Seringkali seorang perempuan dipandang lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, muncul gerakan kaum perempuan untuk membela hak kesetaraannya. Di gereja, laki-laki dan perempuan itu sama di mata Tuhan. Peran perempuan sangat penting di dalam pelayanan. Sebagai contoh, Lidia melayani dengan seisi rumahnya (Kis 16:15), Hana melayani dengan mempersembahkan anaknya (1Sam 1:27-28), Yohana dan Susana melayani dengan hartanya (Luk 8:3), serta Priskila dan Akwila melayani dengan tenaga dan waktu mereka (Rm 16:3).
Walaupun pelayan istri Naaman ini adalah seorang perempuan yang seringkali dipandang sebelah mata, dia dengan berani memberitakan keyakinannya. Ia berkata, “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” (2Raj 5:3). Atas keberanian pelayan perempuan ini, Naaman mendapatkan kesembuhan dan anugerah Tuhan (2Raj 5:19)
Marilah kita belajar dari anak perempuan yang menjadi pelayan ini. Walaupun dipandang rendah, dia dengan berani memberitakan keyakinannya dan menjadi saluran berkat bagi orang lain.