SAUH BAGI JIWA
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15)
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15)
Ketika seseorang lebih memilih mengabdikan dirinya kepada Tuhan daripada mengejar karir, banyak orang akan menganggap dirinya seorang yang bodoh. Namun, inilah yang dilakukan oleh Elisa. Ia meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk mengikuti Elia dan melanjutkan pelayanannya. Kisah ini dicatatkan dalam kitab
Ada hal yang menarik di dalam peristiwa ini. Ketika Elisa hendak mengikuti Elia, Elia tiga kali berkata kepada Elisa untuk tinggal di tempat ia berada. Namun, Elisa menjawab sebanyak tiga kali juga bahwa ia tidak akan meninggalkan Elia. Akhirnya, Elia dan Elisa berjalan bersama-sama. Demikianlah Elisa mengikuti Elia. Ini berbeda dengan 50 orang dari rombongan nabi yang hanya memandang dari kejauhan (2Raj 2:7). Dengan mengikuti Elia, Elisa bisa belajar banyak dari sang guru dan bisa melihat secara langsung serta mengikuti teladan Elia.
Selain mengikuti gurunya, Elisa juga meminta dua bagian roh Elia. Sesungguhnya apa yang diminta Elisa ini adalah seperti berkat anak sulung rohani (Ul 21:17). Elisa meminta hal itu agar ia memiliki kuasa dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Elisa memperoleh apa yang dimintanya itu sehingga ia bisa melakukan pekerjaan besar di kemudian hari, bahkan jauh melampaui gurunya. Setelah Elia diangkat ke surga, Elisa mengoyakkan pakaiannya, lalu mengambil dan mengenakan jubah Elia.
Dari peristiwa ini, kita dapat meneladani Elisa. Pertama, seperti Elisa mengikuti teladan Elia, sebagai pelayan Kristus, kita juga meneladani dan mengikuti jejak sang Guru Agung kita, baik dalam kasih, perkataan dan pengorbanan-Nya (Yoh 13:13, 15).
Kedua, seperti Elisa memohon dua bagian roh Elia, kita juga mau memohon Roh Kudus agar memenuhi kita sehingga Roh dan kuasa Allah menyertai dalam pelayanan kita.
Ketiga, seperti Elisa mengambil jubah Elia, kita juga mau mengambil tanggung jawab untuk melayani Tuhan. Seperti Elisa mengoyakkan jubahnya, kita juga mau mengoyakkan jubah diri kita, yaitu menanggalkan ego, kesombongan dan kepentingan diri sendiri. Kita harus menanggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru sehingga kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain dalam pelayanan kita.
Dengan berbuat ketiga hal ini, biarlah kita dapat menjadi perabot yang mulia, yang dipakai Tuhan untuk kemuliaan-Nya.