SAUH BAGI JIWA
Tetapi berkatalah Elisa: “Ambillah tepung!” Dilemparkannyalah itu ke dalam kuali serta berkata: “Cedoklah sekarang bagi orang-orang ini, supaya mereka makan!” Maka tidak ada lagi sesuatu bahaya dalam kuali itu. (2 Raja-Raja 4:41)
Tetapi berkatalah Elisa: “Ambillah tepung!” Dilemparkannyalah itu ke dalam kuali serta berkata: “Cedoklah sekarang bagi orang-orang ini, supaya mereka makan!” Maka tidak ada lagi sesuatu bahaya dalam kuali itu. (2 Raja-Raja 4:41)
Di mana pun seseorang berada, kesulitan pasti bisa terjadi. Berbagai kesulitan di depan mata, seperti pandemi, peperangan maupun kesulitan ekonomi merupakan hal-hal yang menghantui kehidupan manusia saat ini secara global. Kesulitan dalam hal jasmani bisa mempengaruhi kehidupan iman seseorang sehingga membuatnya menjadi lapar dan haus secara rohani.
Dalam kitab 2 Raja-Raja, penulis menceritakan bagaimana Nabi Elisa kembali ke Gilgal. Saat itu terjadi kondisi kesulitan yang menyeluruh, yaitu adanya bencana kelaparan di negeri tersebut (2Raj 4:38).
Pada hari ini, dampak pandemi semakin terasa. Banyak orang takut dan kuatir akan kehidupan dan masa depannya. Kegiatan ibadah dan persekutuan pun menjadi terhalang karena orang merasa takut keluar rumah. Di masa-masa ini, banyak orang membutuhkan siraman rohani bagi hati dan jiwanya untuk mempertahankan pertumbuhan rohaninya.
Menghadapi kesulitan yang menimpa, apakah yang dilakukan rombongan nabi dalam kitab 2 Raja-Raja? Mereka tidak berdiam diri, tetapi segera mencari solusi atas kesulitan makanan yang mereka hadapi. Mereka mencari ke ladang dan menemukan pohon sulur-suluran liar. Mereka memetik labu liar dari tanaman yang tidak mereka kenal, mengiris-irisnya dan memasukkannya ke dalam kuali masakan. Namun, pada saat mereka memakannya, berteriaklah mereka, “Maut ada dalam kuali itu, hai abdi Allah!” (2Raj 4:40).
Dari solusi yang mereka lakukan, kita dapat mengambil pelajaran. Dalam situasi sulit, jangan mengambil keputusan yang salah. Sebagai contoh, ketika kita tidak memiliki pekerjaan dan pergi mencari pekerjaan, janganlah kita sembarangan menerima pekerjaan apa saja tanpa melihat apakah pekerjaan itu mengharuskan kita bekerja pada hari Sabat. Atau, saat kita mengalami kesulitan mengakses ibadah online dan hadir kebaktian secara tatap muka, kita memilih untuk tidak beribadah sama sekali dengan dalih bahwa kita cukup dengan melakukan saat teduh secara pribadi.
Sebagai umat percaya, kita perlu memperhatikan hal-hal ini. Jangan sampai kita mencari “sulur-suluran liar” yang tidak kita kenal kebenarannya karena kita bisa keracunan. Di zaman sekarang, kita memiliki banyak pilihan tentang apa yang ingin kita dengar atau tidak. Karena itu, kita perlu memeriksa lebih dalam kebenaran ajaran itu, apakah sesuai dengan kebenaran di dalam Alkitab.
Dari peristiwa kesulitan di Gilgal ini, kita dapat meneladani tindakan Elisa. Dalam kitab 2 Raja-Raja 4:41, Elisa memerintahkan untuk mengambil tepung dan memasukkannya ke dalam kuali. Ia lalu memerintahkan untuk mencedok masakan itu. Tidak ada lagi sesuatu yang berbahaya dari dalam kuali itu sehingga mereka dapat memakannya. Tepung di sini melambangkan Yesus sebagai Roti Hidup (Yoh 6:41, 50). Tepung menggambarkan kemurnian dan kebenaran, sama seperti Yesus yang tidak berdosa dan penuh dengan kebenaran (1Kor 5:7; Ef 4:21).
Di masa yang sulit ini, jangan sampai kita mencari kebenaran di luar Kristus. Yesus bagaikan “vaksin rohani” bagi iman kita yang memberikan kebenaran sehingga kita tidak keracunan. Dengan demikian, iman kita terus bertumbuh.