SAUH BAGI JIWA
Pada suatu hari berkatalah rombongan nabi kepada Elisa: ‘Cobalah lihat, tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami. Baiklah kami pergi ke sungai Yordan dan masing-masing mengambil satu balok dari sana, supaya kami membuat tempat tinggal untuk kami.’ (2 Raja-Raja 6:1-2)
Pada suatu hari berkatalah rombongan nabi kepada Elisa: ‘Cobalah lihat, tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami. Baiklah kami pergi ke sungai Yordan dan masing-masing mengambil satu balok dari sana, supaya kami membuat tempat tinggal untuk kami.’ (2 Raja-Raja 6:1-2)
Suatu kali, rombongan nabi pernah menyampaikan kepada Nabi Elisa perihal tempat tinggal mereka yang sudah mulai sesak sehingga mereka ingin membuat tempat tinggal lain yang baru. Rombongan nabi ini merasa tempat yang mereka tinggali sekarang telah menjadi sempit. Banyak dari antara rombongan nabi tersebut berinisiatif untuk bekerja sama membangun tempat tinggal baru. Mereka tidak egois. Agar teman-temannya yang lain dapat tinggal lebih nyaman, mereka mau bekerja bahu-membahu demi kepentingan bersama.
Mereka berkata kepada Nabi Elisa bahwa mereka akan pergi ke Sungai Yordan. Masing-masing dari rombongan akan mengambil satu balok yang akan digunakan untuk membangun tempat tinggal yang baru. Apa yang telah dilakukan rombongan nabi dapat menjadi teladan bagi kita secara rohani tentang bagaimana pekerjaan memperluas kediaman Tuhan bisa dilakukan. “Masing-masing mengambil satu balok dari sana” menunjukkan bahwa setiap umat Tuhan harus bekerja, tidak ada yang menganggur. Selain itu, “mengambil satu balok” berarti pekerjaan dilakukan menurut kesanggupan masing-masing dan dipikul bersama-sama agar tidak terasa berat.
Agar pekerjaan dapat dilakukan bersama-sama, kita perlu secara aktif mengajak dan melibatkan semua jemaat. Seperti halnya rombongan nabi yang mengajak satu sama lain (2Raj. 6:3), kita perlu secara aktif mengajak banyak orang untuk mengerjakan pekerjaan di rumah Tuhan. Perkataan “ikutlah” bukan berarti sekedar menyuruh orang lain untuk melakukan, melainkan diri kita sendiri juga harus terjun dalam pekerjaan pelayanan itu. Dengan demikian, barulah orang lain yang menyaksikan juga mau mengikuti.
Sesampainya di Sungai Yordan, rombongan nabi menebang pohon-pohon (2Raj. 6:4). Mereka bekerja untuk satu tujuan yang sama. Sama halnya pada hari ini, pekerjaan pelayanan harus dilakukan bersama-sama dengan kesatuan hati. Seringkali, karena tidak mau bersikap dewasa dan mengalah dalam menghadapi perbedaan pendapat, kita meninggalkan pekerjaan Tuhan begitu saja. Akibatnya, pekerjaan tersebut menjadi terbengkalai.
Lalu, tiba-tiba mereka berhadapan dengan suatu masalah: mata kapak yang merupakan barang pinjaman jatuh ke dalam air (2Raj. 6:5). Barang pinjaman tentu harus dikembalikan kepada pemiliknya setelah selesai digunakan. Orang yang telah menjatuhkan mata kapak begitu kuatir sampai berteriak-teriak. Ia berpikir bahwa ia tidak dapat mengembalikan barang pinjaman itu. Di saat-saat yang sulit, kita lebih rentan untuk merasa putus asa atau hilang harapan.
Orang yang menjatuhkan mata kapak itu berteriak meminta tolong kepada Nabi Elisa, sang abdi Allah (2Raj. 6:6). “Berteriak” dalam bahasa Ibrani secara harfiah berarti “meminta pertolongan orang lain.” Dari peristiwa Nabi Elisa dan rombongan nabi, kita belajar bahwa “meminta tolong” berarti belajar untuk mengakui keterbatasan kita sehingga kita dapat memperbaiki diri dan bersama-sama mengatasi permasalahan yang ada.