SAUH BAGI JIWA
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
Dalam Alkitab dituliskan bahwa iman Lois dan Eunike sangat baik. Eunike mendidik Timotius, sementara Eunike sebelumnya menerima didikan dari ibunya, Lois. Iman yang murni harus diwariskan dari rumah masing-masing.
Ada orangtua yang mendidik anak-anaknya dengan baik. Namun, terkadang kakek dan nenek melonggarkan didikan untuk cucu-cucunya. Jika demikian, ajaran dalam keluarga tidak bisa sejalan dan menjadi teguh. Pada akhirnya, hal ini akan mengakibatkan penderitaan bagi generasi berikutnya. Dari teladan Lois dan Eunike ini, kita melihat bahwa ajaran mereka kepada Timotius sangatlah murni dan teguh. Hal inilah yang harus kita teladani.
Timotius mendapatkan ajaran yang baik dari iman nenek dan ibunya. Selain mereka mempunyai iman yang murni, mereka juga memiliki kebenaran. Mereka mendengarkan dan menerapkan kebenaran itu. Ketika kita mampu menerapkan kebenaran dalam kehidupan kita, kita dapat menghasilkan buah roh. Jangan sampai kita memiliki iman, tetapi tidak menerapkan dan memegang kebenaran firman Tuhan sehingga Tuhan menolak kita.
Mengejar dan mengetahui kebenaran itu baik. Tetapi, jika kita tidak berpegang pada perintah Tuhan, kita sama seperti manusia bebal yang imannya tidak murni. Dengan demikian, kita tidak akan bisa membuat generasi berikutnya lebih baik. Diharapkan ada lebih banyak Lois, Eunike dan Timotius yang muncul di gereja.
Timotius bukan murni berasal dari bangsa Israel. Ibunya seorang Yahudi yang telah percaya dan ayahnya seorang Yunani. Namun, Timotius dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan Ikonium (Kis 16:1-2). Ikonium berada di Asia Tengah dan berada di bawah kekuasaan Romawi. Sedangkan di Listra, mereka masih percaya kepada dewa-dewa (Kis 14:10-11). Timotius menerima didikan yang benar di rumahnya dan ia dikenal sebagai seorang Kristen yang baik. Dia juga dipuji oleh para saudara di Listra dan Ikonium.
Dalam Efesus 5:3 dikatakan, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.” Di sini, Paulus mengingatkan bahwa sebagai anak-anak terang, kita harus menunjukkan kebaikan dan terang seperti Timotius yang menjadi terang di Listra dan Ikonium. Di rumah, kita harus mendidik anak-anak kita sehingga saat berada di luar, mereka tetap menjadi anak-anak terang. Bagi orangtua yang memiliki anak-anak kecil, mereka perlu memperhatikan apa yang ditonton atau dinyanyikan oleh anak-anak mereka karena hal itu memberi pengaruh yang besar kepada mereka.
Sejak kecil kita harus mengajarkan kepada anak-anak kita tentang cara berdoa. Sebelum tidur, kita dapat bersama-sama berdoa bersama dengan mereka. Luangkan waktu lebih banyak bagi anak-anak kita sehingga saat mereka berada di masyarakat, mereka dapat menjadi terang dan tidak meninggalkan Tuhan. Sejak kecil hingga dewasa, kita tetap perlu mendidik dan mengingatkan mereka agar iman mereka tetap murni.
Perilaku Timotius di kehidupan sosialnya baik karena ia menerima pendidikan agama yang yang baik dari keluarganya. Mari kita meneladani hal ini agar anak-anak kita memiliki iman yang murni di kemudian hari.