SAUH BAGI JIWA
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
Di dalam kitab 2 Timotius 1:5, Paulus mengatakan tentang iman tiga orang yang tulus ikhlas dan hidup dalam diri mereka. Dari ayat itu, kita dapat mengetahui hubungan antara Lois, Eunike dan Timotius. Mereka adalah tiga generasi iman. Dalam memelihara iman antar generasi pasti ada kesulitan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan perihal warisan iman ini.
Mereka bertiga adalah contoh nyata dan teladan bagi kita semua. Lois berhasil mewariskan imannya kepada Eunike dan Eunike juga berhasil mewariskan imannya kepada Timotius. Inilah proses pewarisan iman yang dimulai dari nenek, kemudian ibu, lalu kepada anak. Seringkali kita menganggap sepele didikan di dalam rumah dibandingkan dengan di sekolah atau gereja. Jika kita melihat sudut pandang Timotius, ia memperoleh didikan dari kehidupan keluarga yang sangat baik. Jika kehidupan keluarga baik, hal itu akan berdampak baik juga terhadap kehidupan sosial dan bergereja. Jadi, peran keluarga sangatlah penting.
Dalam 1 Timotius 1 dikatakan bahwa tujuan nasihat adalah kasih yang berasal dari hati nurani yang murni dan tulus ikhlas. Iman dalam keluarga Timotius ini merupakan iman yang murni, tidak munafik atau penuh dusta. Penulis surat 1 Yohanes pernah mengingatkan, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” dan “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1Yoh 1:6, 2:4).
Jangan sampai kita menjadi orang yang munafik, yaitu sifat kita di dalam gereja berbeda dengan di luar gereja. Alkitab mengingatkan kepada kita, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” (Yak 2:19-20).
Orang bebal dan munafik tidak memiliki kebenaran dalam dirinya. Di dalam Alkitab dikatakan bahwa setan-setan pun percaya hanya ada satu Allah saja. Apakah kita masih tidak percaya bahwa hanya ada satu Allah, yang bahkan dipercayai oleh setan-setan? Kita harus percaya bahwa Tuhan satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita. Kita tidak dapat berada di tengah-tengah terang dan gelap. Iblis itu gelap, sedangkan Allah itu terang. Gelap dan terang tidak dapat bersatu. Pada saat Tuhan datang kedua kalinya, baik dan jahat akan dipisahkan.
Sudah berapa lama kita percaya kepada Tuhan Yesus? Seharusnya iman kita adalah iman yang murni dan tidak munafik. Semoga kita semua memiliki iman yang murni kepada Tuhan.