SAUH BAGI JIWA
“Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran.” (2 Timotius 2:23)
“Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran.” (2 Timotius 2:23)
Kita harus bijaksana dalam berkata-kata atau berkomunikasi dengan orang lain. Mungkin kita hanya bertemu 1-2 kali dalam seminggu dengan saudara-saudari di gereja. Dalam kesempatan itu, janganlah membicarakan hal-hal bodoh dan berdebat kusir karena hal itu bisa memancing pertengkaran dan menimbulkan masalah.
Saat simpatisan datang ke gereja untuk pertama kali, janganlah kita langsung memaksa dia untuk datang lagi kedua kalinya. Paulus mengingatkan Timotius untuk tidak bersilat kata karena hal itu tidak berguna dan malah bisa mengacaukan hubungan yang sedang dibangun (2Tim 2:14). Sebagai pekerja Allah, kita harus berhati-hati dengan mulut kita. Kita dapat menguasai atau mengontrol berbagai hal di dunia ini, tetapi tidak dengan lidah. Bukan berarti ini adalah hal mustahil. Dengan bantuan Roh Kudus, kita dapat melakukannya.
Baik disadari atau tidak, kita seringkali mengatakan hal-hal yang tidak patut didengar dan tidak membangun. Paulus mengingatkan kita untuk menghindari omong kosong dan perkataan yang tidak suci yang hanya menambah kefasikan (2Tim 2:16). Saat di gereja, kita tidak perlu membahas urusan politik atau hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran firman Tuhan. Kita harus berusaha meletakkan topik-topik tersebut di luar gereja.
Selain dalam perkataan, kita juga harus bijak dalam berperilaku. Dalam
Orang yang dipakai Allah tidak memihak siapa pun, tidak memaksakan pendapat pribadi, tidak suka marah terhadap orang lain dan menghindari pertengkaran. Sebaliknya, ia menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan, lemah lembut kepada setiap orang, cakap dalam mengajar, penuh kesabaran dan mampu menuntun orang dalam kebenaran. Pertengkaran tidak membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun lawan bicara kita. Ada saatnya diam, ada saatnya untuk berbicara. Kita perlu bijak dalam menentukan hal ini.
Bila kita ingin terus melayani Tuhan, pastikan kita memiliki hati nurani yang murni sehingga dapat melakukan kehendak Tuhan dan menjadi hamba yang dikenan Tuhan. Kita harus menjadi pekerja yang kuat dan penuh kasih. Jika kita setia terhadap Tuhan, kita juga setia terhadap firman-Nya.
Tidak masalah bagaimana cara kita melayani Tuhan, apakah seperti seorang prajurit, olahragawan atau petani. Selama kita melayani Tuhan dengan hati nurani yang murni, kita dapat menjadi seperti Paulus yang melihat mahkota kehidupan yang sudah menunggu kita. Inilah tujuan kita semua. Pastikan kita tidak didiskualifikasi karena hal ini menyedihkan tidak hanya bagi diri kita, tetapi juga keluarga dan gereja.
Kita harus terus-menerus melatih diri kita dan membiarkan Tuhan yang melatih kita. Selama kita mau membuka hati dan mau diajar, kita akan menjadi pekerja Tuhan yang baik. Semoga Tuhan menolong kita semua.