SAUH BAGI JIWA
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” (2 Timotius 2:15)
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” (2 Timotius 2:15)
Mungkin kita bertanya-tanya seperti apa pekerja yang layak di hadapan Tuhan. Alkitab mencatat bahwa pekerja yang layak adalah mereka yang mengerti apa yang benar dan salah, memberitakan perkataan kebenaran serta menghindari omong kosong dan tak suci yang hanya menambah kefasikan (2Tim 2:14-17).
Menyatakan hal yang benar dan salah tentu bukan hal yang mudah. Jika melihat saudara-saudari seiman berbuat hal yang salah, kita harus mampu memberitahukan kesalahan itu kepada mereka. Namun, sikap ini memerlukan kasih dan kepedulian, tidak dilakukan secara sembrono.
Seringkali, kita merasa tidak enak hati ketika harus menegur orang lain. Namun, sebagai pekerja yang baik, kita tidak boleh memandang bulu. Kita harus bersikap sama terhadap semua orang, termasuk teman karib kita agar mereka dapat memperbaiki diri. Kita harus memperlakukan orang-orang yang datang ke gereja sebagai saudara-saudari seiman. Kita melakukan semuanya itu atas dasar kasih.
Sebagai seorang pekerja, kita juga harus tekun dalam melakukan pekerjaan kita. Jika tidak demikian, jangan berharap kita dapat memperoleh kerajaan Surga. Dalam ayat yang ke-15, Rasul Paulus menekankan bahwa sebagai seorang pekerja Allah, kita perlu memberitakan kebenaran dengan tekun. Mengapa demikian? Karena pada hari-hari terakhir walaupun ada manusia yang ingin diajar, mereka tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Dengan kata lain, mereka justru menentang kebenaran (2Tim 3:1-8).
Oleh karena itu, pemberitaan kebenaran perlu dilakukan dengan tekun. Dalam bahasa Yunani, kata “tekun” dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai “melakukan pemberitaan kebenaran di jalan yang lurus secara terus-menerus.” Artinya, selain menegur yang salah, kita perlu mengevaluasi diri sendiri dan senantiasa berjaga-jaga agar tidak menyimpang dari kebenaran.
Selain itu, dalam 2 Timotius 2:20 dikatakan, “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.” Rumah besar ini adalah rumah Tuhan yang memiliki perabot berbeda-beda. Ada perabot emas, perak, kayu dan tanah liat. Asalkan dipakai untuk suatu tujuan, tidak penting perabot itu terbuat dari apa. Terkadang perabot emas merasa lebih baik sehingga kesombongan muncul. Sedangkan, perabot tanah liat merasa tidak memiliki karunia sehingga tidak melakukan apa-apa untuk Tuhan. Hal ini tidak baik. Tidak masalah apakah kita hanya memiliki satu atau dua talenta, tetapi lakukanlah yang terbaik. Pastikan kita menjadi perabot yang memuliakan nama Tuhan.
Janganlah kita menjadi perabot yang tidak mulia dengan mengajarkan doktrin yang salah. Ucapan omong kosong harus kita hindari seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 2:16-18. Ajaran yang salah bisa menyebar seperti penyakit kanker; jadi, kita perlu berhati-hati. Ajaran yang salah bukan hanya bersumber dari ucapan, tetapi juga dari tindakan. Di dalam gereja, kita harus saling mengasihi tanpa terkecuali.