SAUH BAGI JIWA
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2 Timotius 1:1-2)
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2 Timotius 1:1-2)
Sebagai seseorang yang turut dalam pekerjaan Tuhan, kita harus memastikan diri kita memiliki hati nurani yang murni sehingga bisa memperoleh mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan. Namun, karena rasa penasaran, seringkali kita bertanya: Umat seperti apa yang dikenan Tuhan? Bejana seperti apa yang dikehendaki Tuhan? Dalam
Dari hubungan antara Rasul Paulus dan Timotius, kita bisa melihat bagaimana Rasul Paulus adalah orang yang penuh dengan kasih. Dia menganggap Timotius sebagai anaknya sendiri seperti yang dituliskan dalam kitab
“Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.” (2Tim 1:3). Rasul Paulus selalu mengingat Timotius dalam permohonannya baik siang maupun malam.
Rasul Paulus adalah teladan yang baik bagi Timotius dan bagi kita saat ini. Kita mungkin tidak memiliki banyak karunia, namun paling tidak kita bisa mendoakan orang lain. Kita dapat mengasihi orang lain melalui doa. Sama seperti Rasul Paulus yang mendoakan Timotius siang dan malam, kita juga harus mendoakan sesama rekan sekerja dalam Tuhan. Jangan mengira bahwa mereka adalah manusia “super” yang imannya tidak mungkin menjadi lemah dan jatuh. Mereka adalah manusia biasa sama seperti kita sehingga membutuhkan doa dari kita semua.
Dalam suratnya, Rasul Paulus melanjutkan, “Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kau curahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.” (2Tim 1:5). Melayani Tuhan bukanlah hal yang mudah; kita seringkali harus mengalami penderitaan. Mungkin Timotius tahu bahwa ia tidak akan melihat Rasul Paulus lagi sehingga ia menangis. Rasul Paulus senang karena Timotius tetap melayani Tuhan. Sebaliknya, Timotius juga memikirkan Rasul Paulus.
Selanjutnya, dalam