SAUH BAGI JIWA
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2 Timotius 1:1-2)
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2 Timotius 1:1-2)
Sebagai seseorang yang turut dalam pekerjaan Tuhan, kita harus memastikan diri kita memiliki hati nurani yang murni sehingga bisa memperoleh mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan. Namun, karena rasa penasaran, seringkali kita bertanya: Umat seperti apa yang dikenan Tuhan? Bejana seperti apa yang dikehendaki Tuhan? Dalam 2 Timotius 1:7 disebutkan, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Tuhan menginginkan umat yang kuat, penuh kasih dan tertib. Jika kita tidak mempunyai ciri-ciri seperti ini, sulit bagi kita untuk melayani Tuhan.
Dari hubungan antara Rasul Paulus dan Timotius, kita bisa melihat bagaimana Rasul Paulus adalah orang yang penuh dengan kasih. Dia menganggap Timotius sebagai anaknya sendiri seperti yang dituliskan dalam kitab 2 Timotius: “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2Tim 1:1-2). Rasul Paulus tidak hanya menuntut Timotius melayani Tuhan sampai akhir, tetapi ia juga mengasihi serta mendoakannya.
“Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.” (2Tim 1:3). Rasul Paulus selalu mengingat Timotius dalam permohonannya baik siang maupun malam.
Rasul Paulus adalah teladan yang baik bagi Timotius dan bagi kita saat ini. Kita mungkin tidak memiliki banyak karunia, namun paling tidak kita bisa mendoakan orang lain. Kita dapat mengasihi orang lain melalui doa. Sama seperti Rasul Paulus yang mendoakan Timotius siang dan malam, kita juga harus mendoakan sesama rekan sekerja dalam Tuhan. Jangan mengira bahwa mereka adalah manusia “super” yang imannya tidak mungkin menjadi lemah dan jatuh. Mereka adalah manusia biasa sama seperti kita sehingga membutuhkan doa dari kita semua.
Dalam suratnya, Rasul Paulus melanjutkan, “Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kau curahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.” (2Tim 1:5). Melayani Tuhan bukanlah hal yang mudah; kita seringkali harus mengalami penderitaan. Mungkin Timotius tahu bahwa ia tidak akan melihat Rasul Paulus lagi sehingga ia menangis. Rasul Paulus senang karena Timotius tetap melayani Tuhan. Sebaliknya, Timotius juga memikirkan Rasul Paulus.
Selanjutnya, dalam 2Tim 1:6 Paulus berkata, “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” Ini adalah doa Rasul Paulus. Ia mengetahui bahwa Timotius memiliki iman yang murni seperti nenek dan ibunya. Ia memiliki keyakinan terhadap Timotius walaupun ayahnya seorang Yunani. Timotius memiliki ayah rohani, yaitu Rasul Paulus yang mengasihi dia seperti anaknya sendiri. Dari kisah hubungan antara Rasul Paulus dan Timotius ini, marilah kita belajar untuk mendoakan dan menunjukkan kasih kepada orang lain.