SAUH BAGI JIWA
“Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku.” (2 Timotius 1:3)
“Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku.” (2 Timotius 1:3)
Kitab 2 Timotius merupakan kitab terakhir yang ditulis oleh Rasul Paulus dari penjara. Kitab ini mengisahkan tentang bagaimana Paulus melayani Tuhan yang hidup. Rasul Paulus mengingatkan kepada Timotius untuk memenangkan pekerjaan yang telah dimulainya dengan tetap mengasihi jemaat, berdoa dan bertumbuh di dalam roh. Paulus juga memberikan gambaran bagaimana menjadi seorang prajurit rohani, olahragawan rohani dan petani rohani dalam Kristus hingga akhirnya dapat menerima mahkota kehidupan.
Pada saat itu, pengajaran yang dilakukan oleh Timotius mendapat perlawanan karena banyaknya nabi palsu yang sudah menyusup ke gereja. Hal ini menyulitkan Timotius muda sebagai hamba Allah. Oleh karena itu, hal pertama yang dinasihatkan Paulus kepada Timotius adalah pentingnya melayani Tuhan dengan hati nurani yang murni.
Walaupun banyak orang berpikir bahwa Paulus bukanlah seorang rasul, tetapi ia adalah orang yang memiliki hati nurani yang murni di hadapan Tuhan. Hal ini tertulis dalam firman Tuhan, “Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: ‘Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.’” (Kis 23:1)
Menyenangkan hati Allah bukanlah hal yang sepele, tetapi jika kita mempunyai hati nurani yang murni, apa pun yang kita perbuat akan menyenangkan Allah. Demikian pula, kita harus memiliki hati nurani yang murni di hadapan saudara-saudari seiman, karena mereka adalah tubuh Kristus.
Paulus tahu bagaimana melayani Allah dan manusia (Kis 24:15-16). Standar yang ditetapkan Tuhan sangat tinggi. Jika kita membuat Tuhan senang, seharusnya kita juga akan membuat saudara-saudari seiman bersukacita. Kita harus memiliki rasa takut kepada Tuhan.
Banyak orang di dunia menganggap dirinya mempunyai hati nurani yang murni, tetapi ternyata hanya sebatas di mulut saja. Hati nurani adalah suara hati yang berbicara agar manusia melakukan hal yang baik. Dengan demikian, seseorang bisa melakukan apa yang baik dan menjauhi yang tidak baik.
Hati nurani seharusnya memimpin kita ke arah yang benar. Namun, terkadang hati manusia ingin menyimpang dari arah yang benar itu. Sama seperti jam, walaupun jam itu berfungsi dengan baik, tetapi bisa menunjukkan waktu yang salah jika kita tidak tepat menyetelnya. Marilah kita hidup benar di hadapan Tuhan dengan menjaga kemurnian hati nurani dan ketaatan kita terhadap firman Tuhan.