SAUH BAGI JIWA
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)
Seorang wanita karir berkonsultasi dengan seorang psikiater. Ia menceritakan bahwa hidupnya kosong, tidak bermakna, dan tidak ada sukacita. Sang psikiater pun memanggil seorang office girl di kantor tersebut dan menyuruhnya menceritakan kisah hidupnya dalam menemukan sukacita. Office girl tersebut pun berkata, “Dua tahun lalu, suami saya meninggal karena sakit keras dan kami tidak memiliki uang untuk mengobatinya. Dua bulan setelahnya, anak tunggal saya meninggal karena menjadi korban tabrak lari. Saat itu, saya tidak pernah tersenyum lagi. Saya berpikir tidak ada gunanya saya hidup di dunia. Akan tetapi saat saya pulang bekerja, saya melihat seorang nenek tua sedang mengemis di depan kantor. Karena iba, saya membelikan dia makanan. Nenek tersebut mengucapkan terima kasih tiada henti hingga menangis. Saat itulah saya merasa bersukacita. Untuk pertama kalinya saya bisa tersenyum karena saya merasa berguna bagi orang lain. Sejak saat itu saya sadar, saya bisa bersukacita dengan membagikan sukacita kepada orang lain.”
Ilustrasi tersebut menggambarkan kehidupan orang pada masa kini. Banyak orang berlomba-lomba mencari sukacita tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwa sukacita bisa didapat jika mereka memiliki banyak harta, kedudukan yang tinggi, dan lain sebagainya. Akan tetapi, setelah menerima semua itu, mereka tidak dapat menemukan sukacita yang mereka cari sebab mereka tidak dapat menikmatinya (Pkh 6:2).
Sukacita adalah salah satu cita rasa buah Roh Kudus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sukacita adalah suka hati; girang hati; kegirangan. Sukacita juga sering diartikan sebagai perasaan bahagia yang meluap–luap dan diberkati. Rasul Paulus sendiri banyak menuliskan kata “sukacita” di dalam kitab Filipi. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp 4:4). Bersukacita di dalam Tuhan di sini berbeda dengan sukacita yang diberikan oleh dunia. Roma 14:17 menjelaskan lebih lanjut mengenai sukacita, yaitu sukacita oleh Roh Kudus. Sukacita yang diberikan dunia hanyalah kesenangan belaka dan bersifat sementara. Saya senang karena saya memiliki harta yang banyak. Tetapi jika saya tidak memiliki harta itu lagi, maka saya tidak senang lagi. Sedangkan, sukacita oleh Roh Kudus bersifat kekal dan tidak bergantung pada keadaan. Umat pilihan Tuhan akan bersukacita karena mereka memiliki pengharapan akan hari esok dan telah memegang janji keselamatan, yaitu kemenangan pada akhirnya.
Sukacita adalah cita rasa buah Roh Kudus yang dapat terpancar dalam kehidupan sehari–hari. Terdapat beberapa ciri orang yang bersukacita. Pertama, mudah bersyukur (1Tes 5:18). Orang yang mudah bersyukur biasanya selalu terlihat riang. Orang–orang tersebut bukanlah orang tanpa masalah. Seperti manusia lainnya, mereka tentu memiliki masalah. Tetapi, mereka tidak memusatkan perhatiannya hanya pada masalah tersebut. Hal yang mereka lihat adalah pertolongan Tuhan yang jauh melebihi semua masalah yang mereka alami.
Ciri kedua adalah mudah memberi. Kisah Para Rasul 20:35b menjelaskan pada kita bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima. Sama seperti ilustrasi di atas, orang yang bersukacita akan mudah berterima kasih. Memberi adalah bentuk ungkapan terima kasih kepada Tuhan. Mereka memberi karena tahu bahwa mereka telah diberi dahulu oleh Tuhan. Berkat dan janji keselamatan adalah pemberian Tuhan yang tidak ternilai. Itulah kekayaan dari orang-orang terpilih (Ef 1:3-14). Oleh karena itulah, mereka mudah memberi dengan sukacita.
Ketiga, memiliki hati yang dipenuhi oleh firman Tuhan (Mzm 1:1-3). Orang yang suka merenungkan firman Tuhan siang dan malam akan terus memikirkan firman Allah, menjalankannya, dan selalu mengutamakan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya. Orang yang melakukan firman Tuhan adalah orang yang hidup dalam jalan yang benar dan tidak berdiri di jalan orang berdosa. Orang yang hidup di jalan yang benar dan melakukan firman Tuhan akan disertai Tuhan sehingga segala yang dilakukannya akan berhasil (Kej 39:3). Dengan demikian, sukacita akan terdapat pada orang tersebut.
Terakhir, giat bekerja untuk Tuhan. Orang yang bersukacita akan sangat giat melayani Tuhan (Ef 6:7) karena pelayanan adalah bentuk ungkapan syukurnya pada Tuhan. Tidak hanya itu, mereka yang bersukacita juga tidak jemu-jemu membawa jiwa untuk Tuhan. Menyaksikan kebenaran dan kemuliaan Tuhan yang telah ia rasakan dalam hidupnya.
Sukacita adalah cita rasa buah Roh Kudus yang bersifat kekal. Sukacita merupakan bentuk kasih Tuhan kepada kita. Ciri orang yang bersukacita adalah mudah bersyukur, mudah memberi, memegang firman Tuhan, dan bergiat kerja untuk Tuhan. Ciri tersebut juga dapat kita latih dalam kehidupan kita sehari-hari. Belajar bersyukur, belajar memberi, belajar firman Tuhan, dan belajar melayani Tuhan merupakan cara melatih diri kita. Pertanyaan untuk hari ini adalah apakah kita mau melatih diri untuk bersukacita? Tuhan memberkati!