SAUH BAGI JIWA
“karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9)
“karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9)
The Gap merupakan tebing curam yang terletak di pantai New South Wales, Australia dengan keindahan pemandangan lautan yang diiringi suara khas deburan ombak. Akan tetapi, tidak ada yang menyangka bahwa tebing tersebut sering digunakan untuk bunuh diri. Seorang pria veteran, Don Ritchie yang diberi julukan “malaikat” dari of the Gap telah berhasil menyelamatkan 164 percobaan bunuh diri. Beliau tinggal di dekat tebing tersebut dan selalu memperhatikan jika ada orang yang berdiri di The Gap. Ketika bertemu orang yang hendak bunuh diri, Ritchie akan menghampirinya sambil tersenyum, dan berkata “Adakah yang bisa kubantu?” Kemudian Ritchie akan mengajak mereka berbincang-bincang hingga akhirnya menyelamatkan mereka dari kasus bunuh diri.
Sosok tersebut memberikan teladan kepada kita untuk berbuat kebaikan. Ritchie telah berbuat baik dengan mengurungkan niat orang lain untuk bunuh diri. Kebaikan tersebut mungkin terkesan sepele, namun bagi orang lain adalah suatu hal yang sangat berharga. Dibandingkan dengan sikap egoisme masyarakat zaman sekarang, kebaikan dianggap sebagai sesuatu yang tidak populer–karena dianggap sebagai perbuatan yang tidak menguntungkan dan membuang-buang waktu serta tenaga.
Tetapi firman Tuhan menegaskan bahwa melakukan kebaikan adalah salah satu cerminan dari kehidupan anak-anak terang. Dalam kitab Kisah Para Rasul, dicatatkan tentang seorang bernama Tabita yang sering berbuat baik dan memberi sedekah, bahkan para janda pun dibuatkannyalah baju dan pakaian untuk mereka. Orang-orang mungkin menilai bahwa apa yang dilakukan Tabita sesungguhnya merugikan dirinya sendiri secara materi. Namun, kepergiannya justru sangat dirasakan oleh mereka yang telah menerima kebaikan Tabita. Di mata Tuhan, apa yang telah dilakukan Tabita, kebaikan-kebaikannya, justru begitu berharga sehingga melalui rasul Petrus, Tuhan akhirnya membangkitkannya dari kematian agar ia dapat hidup kembali. Dengan demikian, pada waktu peristiwa tersebut tersiar, banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan (Kis 9:36-42).
Terkadang, karena pengaruh pandangan egoisme dalam masyarakat, membuat kita merasa enggan untuk berbuat baik kepada orang lain. “Saya sendiri saja banyak masalah, mengapa harus mempedulikan orang lain?” demikian alasan yang sering kita ucapkan. Tidak jarang ketika masalah menghimpit, kita menjadi terpaku pada masalah itu dan lupa akan berkat-berkat yang selama ini Tuhan sudah berikan dan sediakan bagi kita. Rasa kuatir yang kita miliki jauh lebih besar daripada rasa syukur akan berkat Tuhan dalam hidup kita. Akibatnya, kita menjadi enggan berbuat baik bahkan cenderung mempersalahkan Tuhan. Padahal jika kita pikirkan kembali, Tuhan sudah banyak berbuat baik bagi kita. Oleh karena Tuhan telah berbuat baik kepada kita, Tuhan telah memberikan teladan, dan kita adalah anak-anak terang yang seharusnya menghasilkan buah kebaikan (Ef 5:9), maka sudah sepatutnya kita melakukan kebaikan.
Banyak sekali kebaikan yang dapat kita lakukan. Saat kita naik kendaraan umum di jam sibuk (pergi dan pulang kerja), mampukah kita memberikan tempat duduk kita kepada orang lain yang lebih membutuhkan? Saat kita melihat teman kita sedang bersusah hati, mampukah kita meluangkan waktu kita untuk mendengarkan keluh kesahnya dan menemaninya? Saat gereja membutuhkan bantuan kita untuk suatu acara, mampukah kita mengorbankan uang atau tenaga kita untuk membantu keberhasilan acara tersebut? Itu adalah sebagian kecil dari perbuatan baik. Perbuatan baik yang kita lakukan dapat menular kepada orang di sekitar kita. Tidak percaya? Mari kita buktikan!