SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12)
“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12)
Suatu ketika saya bersama keluarga sedang duduk di rumah makan dan lagi menunggu makanan yang dipesan. Para pramusaji pun sibuk berlalu-lalang mengantar makanan. Tiba-tiba seorang pramusaji yang sedang membawa nampan berisi makanan, jatuh terpeleset sehingga piring-piring makanan beserta isinya jatuh ke lantai. Ternyata seorang anak kecil secara tidak sengaja telah menumpahkan air. Sangat disayangkan, salah satu pramusaji yang terpeleset itu ternyata tidak memperhatikan genangan air di lantai tersebut.
Kita pun mungkin pernah jatuh terpeleset, baik itu saat kita di rumah, di sekolah, atau pun di tempat kita bekerja. Terpeleset bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya mungkin karena kita kurang berhati-hati atau terlalu fokus pada satu hal tertentu sehingga mengabaikan kondisi sekitar. Terpeleset sesungguhnya bukan suatu hal yang sengaja kita lakukan. Saat jatuh terpeleset, pasti ada bagian tubuh kita yang terluka, bengkak, atau memar. Bahkan ada pula yang sampai pingsan karena benturan keras di kepala saat terpeleset. Apa yang harus kita lakukan saat terpeleset? Dalam keadaan sadar, kita berusaha untuk bangun secara perlahan. Namun, dalam keadaan tidak sadarkan diri, tentunya kita memerlukan orang lain untuk membantu kita supaya cepat kembali siuman.
Dalam perjalanan kehidupan rohani kita pun juga demikian. Pada masa-masa ibadah online, kita berusaha untuk tetap fokus. Tetapi tidak sedikit tampilan iklan dan notifikasi yang berseliweran di layar, baik promo diskon produk tertentu sampai pada pesan baru yang muncul dari aplikasi chatting; sehingga membuat kita tergoda dan kehilangan fokus dalam ibadah.
Tuhan pernah memberi peringatan kepada Kain, “Dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej 4:7). Dalam ayat ini dikatakan bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu. Artinya, godaan dosa begitu dekat dan terus menggoda dan mengalihkan perhatian kita supaya kita “jatuh terpeleset.” Tetapi bagian akhir dari ayat itu menegaskan bahwa “engkau harus berkuasa atasnya.” Tuhan ingin agar kita mengalahkan semua godaan yang bisa membuat kita terpeleset ke dalam kubangan dosa.
Tuhan mengetahui kelemahan kita dan mencurahkan Roh Kudus-Nya untuk membimbing, menguatkan, dan menyempurnakan rohani kita dari hari ke hari. Setiap hari kita memerlukan kuasa-Nya untuk melingkupi kita dari dosa, menjaga mata hati pikiran kita supaya tetap bersih, menjauhkan kita dari hal-hal yang bisa membuat kerohanian kita jatuh tergelincir. Bangunlah sebuah “jembatan rohani” antara diri kita dengan-Nya melalui kehidupan doa yang konsisten. Renungkanlah firman-Nya senantiasa. Jangan sampai pundi-pundi rohani yang sudah kita tabung dengan baik menjadi tercecer hanya karena godaan dosa yang “tanpa sengaja” membuat kita terpeleset secara rohani. Tuhan Yesus memberkati.