SAUH BAGI JIWA
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Matius 26:41)
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Matius 26:41)
Menurut penelitian, kesehatan akan prima bila kita berjalan atau berolahraga selama 30 menit setiap hari. Jika kita menganggap olahraga sebagai kebutuhan yang perlu kita jalankan, bukan kewajiban yang bersifat memaksa, maka kita akan menjalankannya dengan kerelaan. Tentunya, jangan sampai pada saat kita jatuh sakit, dokter kemudian mengatakan bahwa kita wajib meluangkan waktu untuk berolahraga, suka atau tidak suka. Saat itu barulah kita menyadari bahwa olahraga sangat penting karena kita membutuhkannya untuk menjaga kesehatan.
Bila kita mau jujur, banyak di antara kita yang berdoa sungguh-sungguh hanya pada waktu berada dalam gereja saja. Dalam keseharian kita di rumah, doa mungkin hanyalah rutinitas belaka, seperti halnya doa sebelum makan, doa bangun tidur dan sebelum tidur. Di depan komputer, kita bisa menggunakan internet berlama-lama, bermain video game, bermedia sosial, menonton serial televisi atau Youtube selama berjam-jam. Namun, untuk berdoa selama 15 sampai 30 menit sehari saja rasanya begitu memberatkan dan menjemukan. Mungkin kita bisa berdoa selama 30 menit sampai satu jam saat kita diperhadapkan dengan masalah yang begitu berat. Di saat demikian, barulah kita sungguh-sungguh merasa doa itu begitu penting dan kita sangat membutuhkannya. Tetapi sikap doa yang demikian, bukanlah sikap doa yang sesungguhnya.
Tokoh-tokoh Alkitab mempunyai kebiasaan doa yang baik. Petrus berdoa pada jam 12 tengah hari (Kis 10:9), Daniel berdoa tiga kali sehari (Dan 6:11). Mengapa mereka melakukan kebiasaan dalam berdoa? Mereka menyadari bahwa doa adalah kebutuhan, bukan kewajiban yang terpaksa dilakukan. Mereka berdoa kepada Tuhan–selain untuk menjalin komunikasi yang erat dengan-Nya, hal tersebut dilakukan agar mereka dapat memperoleh damai sejahtera dan kekuatan untuk menghadapi pencobaan dosa.
Bahkan Yesus pun, ketika Ia hidup di dunia, setiap hari Ia meluangkan waktu untuk berdoa: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Mrk 1:35) Mengapa Yesus harus berdoa? Bukankah Ia adalah Allah sendiri? Memang, Yesus adalah Allah. Namun Yesus dilahirkan sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging. Jadi, Ia pun menghadapi kelemahan dan keterbatasan manusia. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan-Nya sebagai manusia, Yesus memerlukan doa setiap harinya. Selain itu, Yesus juga ingin memberikan teladan bagi kita, agar setiap pengikut-Nya dapat mengikuti jejak-Nya.
Tokoh-tokoh Alkitab dan Tuhan Yesus sendiri pun melakukan kebiasaan doa. Mereka memandang doa sebagai hal yang sangat penting bagi kemajuan iman kerohanian mereka, untuk mempertahankan diri dari setiap pencobaan hidup. Saya sendiri menyadari bahwa setiap hari, saya membutuhkan doa setidaknya 30 menit dalam waktu pribadi agar saya dapat tetap kuat dalam iman dan tidak jatuh dalam dosa. Namun ketika lutut mulai goyah, mulai ada perasaan malas dalam berdoa, maka iman menjadi susah bertumbuh dan mudah sekali untuk jatuh apabila godaan dosa datang.