SAUH BAGI JIWA
“Para pemimpin bangsa menetap di Yerusalem, sedang orang-orang lain membuang undi untuk menentukan satu dari sepuluh orang yang harus menetap di Yerusalem, kota kudus itu, sedang yang sembilan orang lagi tinggal di kota-kota yang lain. Orang-orang memuji setiap orang yang rela menetap di Yerusalem.” (Nehemia 11:1-2)
“Para pemimpin bangsa menetap di Yerusalem, sedang orang-orang lain membuang undi untuk menentukan satu dari sepuluh orang yang harus menetap di Yerusalem, kota kudus itu, sedang yang sembilan orang lagi tinggal di kota-kota yang lain. Orang-orang memuji setiap orang yang rela menetap di Yerusalem.” (Nehemia 11:1-2)
“Inilah kepala-kepala propinsi Yehuda yang menetap di Yerusalem, sedang di kota-kota di Yehuda setiap orang, yakni orang-orang Israel awam, para imam, orang-orang Lewi, para budak di bait Allah dan keturunan para hamba Salomo, tinggal di tanah miliknya, di kotanya sendiri (Neh 11:3). Banyak orang sepakat bahwa tinggal di tempat sendiri adalah lebih baik dan lebih nyaman daripada tinggal di tempat asing.
Situasi tertentu membuat seseorang harus meninggalkan tanah asalnya, seperti Elimelekh. Saat terjadi kelaparan di tanah Israel, ia beserta istri dan kedua anaknya pergi ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing (Rut 1:1). Umur tak dapat diduga. Elimelekh dengan kedua anaknya meninggal di tanah asing. Ketika terdengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberi makanan kepada mereka yang tinggal di Israel, Naomi berkemas untuk kembali ke tanah asalnya. Diperkirakan Naomi tinggal di tanah asing sepuluh tahun lamanya (Rut 1:4).
Samuel menerima tiga jabatan dari Allah: nabi, hakim, dan imam. Karena tugasnya, ia harus meninggalkan tempat asalnya. Alkitab mencatat: “Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya. Dari tahun ke tahun ia berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, lalu ia kembali ke Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi TUHAN.” (1Sam 7:15-17).
Tidak diketahui bagaimana Samuel pergi berkeliling dari kota ke kota pada zaman itu; apakah dengan berjalan kaki atau naik kereta. Pada zaman gereja awal, Paulus juga pernah berjalan kaki dalam melakukan pelayanannya (Kis 20:13). Kita juga melihat pelayanan Tuhan Yesus: “Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.” (Yoh 4:4- 6).
Jabatan yang kita emban mungkin mengharuskan kita meninggalkan tempat asal dan pergi ke tempat asing. Karena ditugaskan atasannya, seorang karyawan harus meninggalkan keluarganya untuk jangka waktu tertentu. Karena ikatan kerja, seseorang diharuskan mengikuti pendidikan lanjutan di negeri asing untuk waktu yang lama.
Seseorang yang mempersembahkan diri sebagai hamba Tuhan harus siap setiap saat untuk dipindahkan ke tempat tugas yang baru. Setelah tiga tahun, biasanya para hamba Tuhan harus pindah ke kota berikutnya. Ada hamba Tuhan yang membawa serta anggota keluarganya, tetapi ada juga yang tidak. Bagi mereka yang tidak bersama dengan keluarga, biasanya para hamba Tuhan akan mengambil cuti setiap satu atau dua bulan sekali untuk melepas rindu dengan anggota keluarganya.
Saat orang-orang pada umumnya meninggalkan tempat asalnya semata-mata karena mencari nafkah, para hamba Tuhan berpisah dengan kota asalnya karena melayani Allah. Sungguh berbahagia orang-orang yang dipilih Allah, seperti halnya orang-orang suku Lewi dipilih Tuhan secara khusus untuk melayani-Nya.