SAUH BAGI JIWA
“Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.” (Mazmur 22:11)
“Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.” (Mazmur 22:11)
Kitab Rut diakhiri dengan catatan beberapa generasi, dari Peres sampai Daud (Rut 4:18-22). Boas, yang menikah dengan Rut, adalah kakek buyut Daud. Tidak heran bila Isai menyerahkan Daud kepada Allah sejak dilahirkan. Daud yakin bahwa sejak dalam kandungan ibunya, Allah sejati adalah Allahnya. Keyakinan umat pilihan dari zaman Daud hingga sekarang tidak pernah berubah. Tuhan Yesus adalah Allah sejak awal kehidupan kita.
Kehidupan umat Kristen seringkali mengalami pasang surut. Ada saatnya kita dibaringkan di padang yang berumput hijau dan dibimbing ke air yang tenang. Di lain kesempatan, kita diizinkan berjalan dalam lembah kekelaman. Dari muda sampai usia tua siklus senang dan susah akan terus kita alami.
Pemazmur berkata, “Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.” (Mzm 22:3). Siang dan malam, dari hari ke hari, umat Kristen berdoa kepada Allah, memohon pimpinan dan pertolongan-Nya. Saat senang kita bersyukur atas pimpinan dan tuntunan Tuhan; kala susah kita memohon pertolongan-Nya. “Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng.” (Mzm 22:20-22a).
Kita berdoa kepada Allah sampai Ia menjawab (Mzm 22:22b). Paulus mengatakan kepada jemaat di Tesalonika, “Tetaplah berdoa.” (1Tes 5:17). Tentang hal ini, Yesus menyampaikannya dengan sebuah perumpamaan, “Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.” (Luk 18:3).
Lukas juga mencatat orang yang meninggal saat ia berdoa: “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” (Kis 7:59-60). Stefanus mati dalam doanya.
Pemazmur berkata, “Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.” (Mzm 22:12). Allah tidak akan pergi menjauh dari umat-Nya sepanjang kita tetap dekat kepada-Nya. Tetapi, hal yang sering terjadi adalah seperti yang dicatat di dalam kitab Yunus: “Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.” (Yun 1:3). Seperti Yunus, tidak sedikit umat yang berusaha lari, pergi menjauh dari Allah.
Sesuatu yang dulu dianggap jauh ternyata dengan tidak disangka-sangka mendekat dalam hidup kita. Ayub mengalami perubahan hidup secara tiba-tiba. Alkitab mencatat: “Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” (Ayb 1:3). Ayub memiliki 11.500 ekor ternak ditambah dengan bujang-bujang yang sangat banyak.
Namun, tidak lama kemudian Ayub mengalami kepahitan dalam hidupnya. Pesuruhnya datang silih berganti melaporkan kabar buruk yang menimpa harta dan anak-anak Ayub. Semuanya sirna dalam sekejap. Ayub yang semula adalah orang yang paling kaya, kini dapat digolongkan sebagai warga masyarakat yang paling miskin (Ayb 1:13-19).
Allah peduli kepada setiap umat-Nya. Ia mampu menolong kita, apapun masalah yang kita hadapi. Dari sejak dalam kandungan sampai penghujung hidup kita, Allah tetap ada dan Ia tidak pernah berubah. Ia mampu menolong umat-Nya setiap waktu.