SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.”” (I Samuel 17:33)
“Tetapi Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.”” (I Samuel 17:33)
Usia muda kadangkala dipandang sebagai kelemahan. Orang muda belum bisa ini, tidak bisa berbuat itu. Pandangan ini juga ada pada zaman para rasul. Paulus berkata kepada Timotius: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1Tim 4:12). Penyertaan Allah akan memampukan kita, entah orang tua maupun muda, untuk melakukan hal yang baik dan benar.
“Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia. Sebab itu Saul berkata: “Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.” Lalu ia mempersembahkan korban bakaran. Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang.” (1Sam 13:8-10a). Saul berkeyakinan bahwa Samuel tidak mungkin datang tepat pada waktunya sehingga ia mempersembahkan korban bakaran.
Sesungguhnya Allah tidak mungkin terlambat. Allah tidak perlu terburu-buru dalam melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Musuh kita saat ini bukanlah orang-orang Filistin seperti pada zaman Saul. Musuh itu bisa berupa penyakit atau kondisi keuangan rumah tangga yang buruk . Musuh kita mungkin berupa jodoh yang belum juga muncul. Banyak orang yang memandang bahwa pandemi COVID-19 adalah musuh yang muncul sekali dalam satu abad, seperti flu Spanyol yang merebak pada tahun 1918-1920.
Mazmur dari bani Korah ini menarik untuk kita perhatikan: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” (Mzm 46:2). Pertolongan Allah datang pada saat yang tepat.
Nyanyian perempuan-perempuan Israel ternyata membangkitkan amarah Saul dan perkataan itu menyebalkan hatinya (1Sam 18:6-8). Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: “Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding.” Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali (1Sam 18:10-11). Saul sangat yakin lemparan tombaknya tidak mungkin meleset. Namun, Daud mampu mengelakkannya, bahkan sampai dua kali.
Tidak sedikit umat Tuhan berkeyakinan seperti Saul. Hal yang saya kerjakan ini tidak mungkin gagal; proyek ini tidak mungkin meleset. Tentu saja manusia memiliki perhitungan. Semuanya telah dikalkulasi, termasuk risiko yang mungkin terjadi telah diperhitungkan dengan matang. Tetapi, sama seperti Saul, tidak sedikit umat Allah mengalami kegagalan. Penulis kitab Tawarikh mencatat: “Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.” (2Taw 26:5). Hanya Allah yang tidak mungkin gagal.