SAUH BAGI JIWA
“Maka sekarang, baiklah bertaruh dengan tuanku, raja Asyur: Aku akan memberikan dua ribu ekor kuda kepadamu, jika engkau sanggup memberikan dari pihakmu orang-orang yang mengendarainya.” (2 Raja-Raja 18:23)
“Maka sekarang, baiklah bertaruh dengan tuanku, raja Asyur: Aku akan memberikan dua ribu ekor kuda kepadamu, jika engkau sanggup memberikan dari pihakmu orang-orang yang mengendarainya.” (2 Raja-Raja 18:23)
Taruhan dikenal di negeri Asyur. Juru minuman hingga raja mengetahui perihal taruhan ini. Umat Allah nyatanya juga mengenal taruhan. Yonatan berkata kepada Saul, ayahnya, “Ia (Daud) telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel.” (1Sam 19:5). Tidak hanya di masa lalu, umat di zaman rasul juga mengenal taruhan.
Lukas mencatat: “Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya: ”Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kamu kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus.” (Kis 15:23,25,26). Rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem mengetahui tentang taruhan.
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus juga menyinggung perihal taruhan. ”Mereka (Priska dan Akwila) telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.” (Rm 16:4). Di sini ada empat orang yang mempertaruhkan nyawanya, yaitu Barnabas, Paulus, Priska dan Akwila. Mereka adalah orang-orang yang siap mati demi nama Tuhan Yesus dan rekan kerjanya. Mereka mempertaruhkan hidup jasmaninya, bukan hidup rohaninya.
Paulus adalah orang yang sangat memikirkan kehidupan rohaninya. Ia berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1Kor 9:27). Paulus menulis kepada Timotius, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2Tim 4:7).
Namun, pada masa kini justru kebalikannya yang sering terjadi. Umat Allah sangat memperhatikan kehidupan jasmaninya: makanan dipilih dan dipilah, mana yang cocok dan tidak buat dirinya. Olahraga dilakukan dengan serius, minimal 3 kali dalam seminggu dengan durasi yang memenuhi ketentuan, yaitu 60 menit jalan pagi. Pergi memeriksakan gigi 2 kali dalam setahun. Pergi memeriksakan kesehatan setidaknya sekali setahun. Untuk pekerjaan atau bisnis, apapun dilakukan selama keuntungan materi yang besar bisa diperoleh.
Sebaliknya, untuk kehidupan rohaninya, justru umat Allah seringkali abai. Ada sebagian orang yang hanya datang ke gereja dua kali dalam setahun, yaitu saat diselenggarakan Perjamuan Kudus. Bahkan, ada jemaat yang hanya datang sekali, yaitu pada saat kebaktian syukur di awal tahun pada tanggal 1 Januari. Kebaktian Sabat diabaikan dan persembahan persepuluhan dilalaikan karena dianggap sebagai kerugian waktu dan uang. Hal yang sangat kontras dengan kepeduliannya terhadap kehidupan jasmani.
Umat seperti ini mempertaruhkan hidup rohaninya. Pertaruhan ini sangat serius dan tidak dapat dibatalkan. Sekali vonis dari Hakim yang Agung dinyatakan, tidak ada upaya hukum apa pun yang bisa menyelamatkan saudara. Ingat, pada hari penghakiman, masa berlaku Hukum Kasih juga berakhir dan keadilan Allah yang sempurna diberlakukan. Hati-hati dengan taruhan keselamatanmu!