SAUH BAGI JIWA
“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.” (Lukas 8:18)
“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.” (Lukas 8:18)
Lidia, penjual kain ungu dari kota Tiatira, menikmati ibadah Sabat. Paulus berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul di situ. Lidia turut mendengarkan pengajaran Paulus dan memperhatikan apa yang dikatakannya. Setelah itu, Lidia menerima baptisan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis 16:13-15).
Ibadah Sabat menjadi berkat dan kebaikan bagi umat Allah. Kebaktian diawali dengan doa bersama. Bagaimana cara kita berdoa? Apakah dengan sungguh-sungguh atau sekadar rutinitas? Selanjutnya, kita menaikkan puji-pujian. Adakah kita memuji dengan hati dan jiwa kita atau hanya sekedar mengikuti jemaat lain bernyanyi ? Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! (Mzm 103:1). Ketika firman Tuhan disampaikan, bagaimana cara kita mendengar? Apakah hanya sekedar terdengar atau kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh?
Petrus mengikut Yesus sejak muda hingga tua. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” (Yoh 21:18).
Puluhan tahun mengikuti Yesus membutuhkan daya tahan. Mengikut Tuhan tidaklah seperti lari cepat, namun cenderung seperti lari maraton. Sang pelari harus menempuh jarak yang jauh. Pengaturan kecepatan dalam lomba maraton tentu berbeda dengan lari jarak pendek atau jarak menengah. Paulus berkata, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!” (1Kor 9:24).
Kaleb berlari dengan cara yang berbeda. Saat berusia 40 tahun, ia diutus oleh Musa sebagai pengintai bersama-sama dengan sebelas orang lainnya. Waktu Kaleb berumur 85 tahun, ia masih sanggup berperang melawan orang Enak (Yos 14:7-11). Secara rohani, kita harus memiliki daya tahan yang sama seperti Kaleb. Tidak perlu terlalu bersemangat, tetapi juga jangan terlalu santai. Roh Kudus akan memimpin kita berlari hingga mencapai garis akhir.
Ratu negeri Syeba terkesan saat mengunjungi Raja Salomo. Alkitab mencatat: “Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu.” (1Raj 10:4-5).
Banyak umat yang tergerak untuk melayani Allah sebagai wujud membalas kasih-Nya. Ada yang terlibat dalam pelayanan di dalam aula gereja maupun di luar gedung gereja. Apapun yang dilakukan, semuanya harus dengan ketulusan dan kerendahan hati, sukarela dan sekuat tenaga. Semua orang harus berusaha untuk memiliki semangat saling melengkapi, seperti yang dikatakan Paulus: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” (1Kor 3:6).
Ada banyak cara melayani Allah, namun semuanya harus dengan satu motivasi yang benar, yaitu membalas kasih-Nya. Jangan kita mencari nama, apalagi hingga saling menggigit, menelan dan menjatuhkan satu sama lain (Gal 5:15,26).